Anies Dapat Tongkat Cakra Pangeran Diponegoro, Tatak Ujiyati: Sudah Takdirnya

  • Bagikan
Anies menerima tongkat cakra Pangeran Diponegoro

FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Tongkat cakra Pangeran Diponegoro yang diterima Bacapres Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) Anies Baswedan kini jadi perbincangan.

Mantan anggota TGUPP Anies Baswedan, Tatak Ujiyati menyampaikan, tongkat yang diterima Anies itu bukanlah kebetulan tapi memang sudah takdir.

“Ternyata, tongkat cakra Pangeran Diponegoro yg menerima Pak Anies. Pak Jokowi yang dijadwalkan untuk menerima ternyata absen. Tak ada yang kebetulan, sudah takdirnya memang demikian,” kata Tatak, dalam unggahannya di Twitter, Rabu, (21/6/2023).

Dikatakan, ada dugaan alasan Anies diberhentikan sebagai Menteri Pendidikan karena menerima cakra Pangeran Diponegoro. Padahal Anies menerimanya karena mewakili Presiden yang sedang absen ke Luar Negeri.

“Sepenting itukah jadi orang pertama yang menerima Cakra Pangeran Diponegoro?,” ungkapnya.

Lanjut kata Loyalis Anies ini, ternyata ada kepercayaan di kalangan masyarakat Jawa bahwa orang yang pertama kali memegang Cakra Pangeran Diponegoro akan menjadi pemimpin.

“Ternyata ada ya? Sudah lama Pak Anies menerima Cakra Pangeran Diponegoro itu, tapi banyak dari kita tdk tahu. Pak Anies juga tak pernah cerita sih kalau tak ada yang tanya. Tak menganggapnya sebagai peristiwa penting untuk diceritakan. Gagasan mewujudkan keadilan bagi semua, lebih penting baginya,” tandasnya.

Sebelumnya diberitakan, Anies Baswedan bercerita soal tongkat Cakra Pangeran Diponegoro yang sempat ia terima.

Saat itu, Anies baru saja menjabat sebagai Mendikbud. Perwakilan pemerintah Belanda menyampaikan akan kembali menyerahkan tongkat Pangeran Diponegoro.

“Saya cerita sedikit, saya baru bertugas di Kemendikbud. Menteri dari kedutaan Belanda datang dan menyampaikan bahwa Cakra pangeran Diponegoro,” ucap Anies dalam tayangan YouTube Metro TV yang berjudul Kick Andy - Dosa dosa Anies, 19 Juni 2023.

Namun penyerahan itu sifatnya rahasia. Hal ini demi menghindari kemungkinan buruk yang terjadi karena nilai barang tersebut tidak ternilai sementara tak sedikit orang yang menginginkannya.

“Top secret, tidak bisa diketahui siapapun, kapan waktunya dan lain-lain semuanya dijaga karena nila dari barang ini itu priceless istilah mereka. Tak ternilai harganya dan banyak orang yang mencoba untuk memburu barang ini. Jadi mereka menempatkan barang ini sebagai sebuah operasi khusus,” tutur Mantan Gubernur DKI Jakarta ini.

Anies kemudian melaporkan bahwa akan ada penyerahan Cakra Pangeran Diponegoro kepada Presiden Joko Widodo.

Diaturlah acara di Galeri Nasional yang bersamaan dengan adanya pameran di sana.

“Kemudian saya laporkan bahwa ini akan ada pemberian kepada presiden. Kemudian diatur sebuah acara di Galeri Nasional. Bersamaan dengan kalau tidak salah pameran Raden Saleh atau Diponegoro. Saya lupa, waktu itu pameran. Jadi covernya itu supaya ada event. Kemudian Cakra tadi dibawa, tangki kita tidak tahu. Pemerintah Belanda tidak memberitahu kepada kita penerbangan jam berapa, kapan, siapa tidak ada yang tahu, nanti di Galeri Nasional itu,” ungkapnya.

Awalnya, Jokowi dijadwalkan untuk menerima tongkat itu namun ternyata ada kegiatan lain di Filipina sehingga dimintalah Anies untuk mewakilinya.

“Kemudian memang presiden semula dijadwalkan hadir di galeri Nasional. Itu kemudian presiden. Kemudian, sehari dua hari sebelumnya presiden ternyata ada acara ke Filipina. Sehingga kegiatan yang sebelumnya seharusnya dihadiri oleh presiden menjadi diwakilkan kepada Mendikbud. Jadi saya mewakili presiden menerima cakra,” jelas pria kelahiran Kuningan ini.

Anies menegaskan bahwa dirinya tidak menikung presiden karena dia hanya mewakili atas izin presiden.

“Ya (atas izin presiden), nggak ada (menikung presiden), karena saya mewakili disitu. Ini biasa. Ketika presiden tidak hadir otomatis menteri relevan hadir,” tandasnya.

Pernyataan Anies itu menjawab pertanyaan Andy F Noya yang menyebut Anies disebut menikung Jokowi hingga berujung pada pemecatan.

“Ini ibaratnya tongkat komandonya Pangeran Diponegoro yang dirampas oleh Belanda, dibawa ke Belanda ketika penangkapan Pangeran Diponegoro,” ungkap Noya.

“Pada saat dikembalikan, seharusnya diterima oleh Jokowi. Tapi hari itu anda dianggap menikung pak Jokowi, anda yang menerima. Kenapa ini menjadi persoalan besar karena ada kepercayaan terutama mungkin yang masyarakat Jawa bahwa tongkat komando yang pusaka itu siapapun yang menerima pertama kali dan memegangnya maka dia punya peluang untuk bisa menjadi pemimpin. Pemimpin ini bisa relatif. Ini yang membuat Jokowi tersinggung karena anda yang menerima, memegang pertama kali. Ini ada alasan kata orang anda diberhentikan,” pungkasnya. (selfi/fajar)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan