FAJAR.CO.ID – Istilah Petrus pernah ramai dibicarakan sekitar tahun 1980-an di era Presiden Soeharto. Petrus tidak mengacu pada nama seseorang, melainkan sebuah akronim.
Petrus adalah singkatan dari penembakan misterius, Salah satu sasarannya adalah orang yang memiliki tato alias gambar di tubuh. Seni tato di era tahun 1980-an tidak sebebas saat ini.
Saat itu, tato pada tubuh pria maupun wanita masih menjadi hal tabu. Saat Soeharto menjabat presiden, memiliki tato di tubuh sudah bisa membuat nyawa melayang.
Pada masa itu, masyarakat gempar dengan penemuan mayat-mayat yang ditinggalkan begitu saja di sebuah lokasi. Salah satu faktor yang identik atau kesamaan dari mayat yang ditemukan adalah adanya tato pada bagian tubuh korban yang terkena luka tembakan.
Saat itu, masyarakat hanya tahu bahwa mayat-mayat tersebut adalah korban petrus alias penembakan misterius.
Mayat-mayat tersebut selalu disebut sebagai penjahat atau preman. Atau orang-orang yang dianggap sebagai penjahat, begundal sampai perusuh serta pembuat onar.
Ekonomi sulit
Tingkat kejahatan yang meningkat sekitar tahun 1970-an tidak terlepas dari kondisi ekonomi yang tidak menentu. Kenaikan harga minyak dunia pada 1980-an membuat Indonesia mengalami kebangkrutan. Pemerintah melakukan pemotongan subsidi energi dan pangan. Di sisi lain, nilai tukar Rupiah pun terus anjlok.
Salah satu upaya Soeharto adalah menarik investor asing dengan menawarkan buruh murah. Kebijakan itu memicu aksi demonstrasu mahasiswa di kota-kota besar. Soeharto sudah dianggap tidak mampu memimpin Indonesia.