Dia menjelaskan dari jabatan sebagai lektor kepala pada September 2022, ia mengajukan diri menjadi guru besar. Sejak 2013-2023, Prof. Diana pun melakoni jabatan struktural seperti kepala program studi, dekan, hingga wakil rektor I. Untuk menjadi guru besar, ia harus mengumpulkan 40 publikasi atau total 250 publikasi sejak dirinya memulai karier sebagai dosen.
Tak hanya publikasi dalam bentuk jurnal nasional dan internasional, empat buku pun telah diterbitkan serta sejumlah aktivitas lainnya seperti penelitian maupun pengabdian.
Untuk menjadi profesor, ujarnya, minimal 10 tahun mengabdi sebagai dosen. Tidak boleh kurang dari 10 tahun.
Meski demikian, dia mengakui ada tantangan tersendiri agar bisa dikukuhkan sebagai guru besar. Misalnya, faktor lainnya seperti administrasi, gangguan internet, hingga pengajuannya sebagai guru besar ditolak berkali-kali.
Dia berpesan pada para dosen yang mengejar jabatan akademik sebagai guru besar jangan pernah menyerah. Rintangan hingga kegagalan adalah hal yang pasti akan ditemui demi mencapai tujuan.
Namun ketika bangkit lagi dari kegagalan tersebut, itu merupakan hal yang luar biasa. Rintangan itu adalah hal yang tidak akan mungkin dielakkan namun ketika bisa bertahan dengan keadaan, itu merupakan pencapaian yang luar biasa bagi seseorang.
Ingin jadi dokter
Pada awalnya tak terbersit di pikiran Diana untuk mendalami bidang farmasi. Selepas SMA, ia ingin melanjutkan studi di fakultas kedokteran. Pada saat yang bersamaan, ia meraih beasiswa dari Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.