Gempa Bantul Jadi Bukti Zona Subduksi di Selatan Pulau Jawa Masih Aktif, Ini Penjelasan BMKG

  • Bagikan

FAJAR.CO.ID, BANTUL— Gempa bumi berkekuatan 6,4 magnitudo yang terjadi di Kabupaten Bantul, Yogyakarta, Sabtu (1/7/2023).Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan gempa bumi ini menjadi sebuah alarm pengingat tentang keberadaan zona subduksi yang masih aktif di wilayah Selatan Pulau Jawa.

"Gempa malam ini merupakan alarm yang mengingatkan kita bahwa zona subduksi di Selatan jawa memang masih aktif," kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (30/6) malam..

Daryono memaparkan zona subduksi aktif itu tidak hanya menimbulkan gempa bumi, tetapi juga tsunami yang menerjang wilayah selatan Pulau Jawa.

Menurutnya, catatan sejarah tsunami di selatan Pulau Jawa telah terjadi sebanyak delapan kali dengan rincian tahun 1818, 1840, 1859, 1904, 1921, 1957, 1994 di Banyuwangi, dan 2006 di Pangandaran.

"Ini merupakan catatan penting terkait dengan potensi dan bahaya gempa serta tsunami di selatan Yogyakarta dan selatan Jawa pada umumnya," kata Daryono dikutip dari Antara.

Lebih lanjut dia menyampaikan bahwa Yogyakarta adalah kawasan sistemik aktif dan kompleks karena memiliki sumber gempa potensial yang bersumber dari darat maupun laut.

Dari laut terdapat zona subduksi yang memiliki potensi gempa bumi berkekuatan mencapai 8,7 magnitudo. Sedangkan, di darat terdapat sesar kompak yang cukup aktif dan berkekuatan hingga mencapai 6,6 magnitudo.

"Kalau kita melihat sejarah sejak tahun 1800 itu zona megathrust di Yogyakarta sudah memicu gempa sebanyak 12 kali. Gempa terakhir pada 2 September 2009 yang berkekuatan 7,8 magnitudo di wilayah selatan," pungkas Daryono.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan