FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Bakal Calon Presiden Anies Baswedan menjawab ramai tudingan bahwa kelak jika ia terpilih menjadi Presiden RI maka Indonesia akan jadi negara Islam.
Jurnalis senior Andy F Noya mengkonfirmasi tudingan tersebut langsung di hadapan Anies dalam program Kick Andy yang ditayangkan di YouTube beberapa hari lalu.
"Jika Anies jadi presiden maka negara ini akan jadi negara Islam dengan sistem pemerintahan khilafah. Jadi anda identik dengan Islam radikal menurut pandangan orang yang tidak menginginkan anda menjadi presiden. Apa jawaban anda?" tanya Andy F Noya, dilansir pada Kamis (6/7/2023).
Anies menuturkan, jawaban itu bisa dilihat pada jejak rekamnya selama menjabat gubernur DKI Jakarta 5 tahun. Kenyataan menjawab tudingan itu tidak benar sama sekali. Bukan dijawab dengan pernyataan.
Menurutnya kekhawatiran itu pertama kali dimunculkan saat Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017 lalu. Dimana saat itu pasangan Anies-Sandiaga berhadap-hadapan dengan duet petahana Ahok-Djarot.
"Saya sudah bertugas di Jakarta 5 tahun memimpin Jakarta. Kekhawatiran itu diungkapkan kuat ketika Pilkada 2016-2017. Kuat sekali," ucap Anies.
Anies mengatakan, saat itu ia tidak bisa menjawab dugaan, sangkaan, dan tuduhan itu dengan perkataan.
Hal itu kata Anies, hanya bisa dijawab dengan perbuatan dan kenyataan.
"Semoga Allah mentakdirkan saya untuk bisa menjawab itu dengan kenyataan. Saya butuhnya waktu, bukan butuh ruang untuk statement," ungkapnya.
Mantan Mendikbud itu menlanjutkan, tugasnya sebagai pemimpin di Jakarta sudah selesai ia tunaikan. Lantas ia menantang pihak-pihak yang menuduhnya pro Islam radikal membuktikannya dengan fakta-fakta di lapangan selama 5 tahun menjabat gubernur.
"Apakah ketika bertugas kemarin semua sangkaan seperti itu ditemukan kenyataannya? Kalau tidak berarti sangkaan itu batal. Dibatalkan oleh kenyataan. Bukan oleh pernyataan. Bukan saya mengcounter tapi kenyataan menyatakan tidak," tegasnya.
Anies juga menyinggung soal maraknya polarisasi yang terjadi di masyarakat jelang Pilkada DKI lalu. Ditegaskan, polarisasi di masyarakat sehingga muncul istilah kadrun dan cebong justru telah terjadi sebelum dirinya mengikuti pemilihan Gubernur DKI Jakarta tahun 2017.
Pendiri Indonesia Mengajar itu menegaskan sebelum menjadi calon gubernur, justru narasi-narasi yang menjadi sumber perpecahan di masyarakat itu sudah ada.
Misalnya, narasi yang pro ke Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok maupun berseberangan dengan Ahok.
“Saya belum jadi calon Gubernur. Itu sudah ramai, saya masih tugas di Kementerian Pendidikan Kebudayaan. Tinggal dilihat saja catatan sosial media, catatan media-media," jelas Anies.
Bahkan ada istilahnya saat kampanye, lebih baik pilih pemimpin non-Muslim tidak korup, daripada pemimpin muslim tapi korup.
Muncul juga narasi bahwa cari pemimpin harus yang muslim.
Sehingga saat dirinya terpilih menjadi pemimpin di Jakarta, Anies bertekad merajut kembali persatuan sesama anak bangsa.
"Jadi saya merasa, ketika saya mendapatkan panggilan tugas calon gubernur. Justru saya ingin mengembalikan yang robek ini. Karena sudah terjadi sebelum saya jadi calon gubernur,” pungkasnya. (*)