FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Anies Baswedan memaparkan ketimpangan di Indonesia menggunakan potret sebaran cahaya di malam hari. Hal ini dikritik Ketua DPP PSI, Dedek Prayudi.
“Kok bisa sih seorang Ph.D mengilustrasikan ketimpangan pake potret sebaran cahaya yang tertangkap google pada malam hari?” kata Dedek dikutip dari cuitannya di Twitter, Jumat (14/7/2023).
Menurut Sekretaris Jenderal DPP Teman Ganjar ini, mengilustrasikan ketimpangan dengan cara itu bias. Ia pun meminta Anies jujur.
“Simpulkan ketimpangan pake potret sebaran cahaya bias kepadatan penduduk dan perbedaan waktu. Ayo dong jujur,” ujarnya.
Dedek mengutip data Kementerian ESDM. Disebutkan, rasio elektrifikasi di Indonesia sudah di atas 99 persen.
“Foto Indonesia Timur gelap sementara DKI Jakarta terang itu lebih mengilustrasikan kepadatan penduduk, pak @aniesbaswedan, bukan ketimpangan,” jelasnya.
“Di tim Anda gak ada demografer kah? Kasihan aku tu 😢,” tambahnya.
Sebelumnya, Anies menyampaikan ilustrasi itu saat jadi pembicara di diskusi panel rangkaian kegiatan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Asosiasi Pemerintah Kota (APEKSI) XVI di Kota Makassar, Kamis (13/7/2023).
“Saya tidak menggunakan statistik, ilustrasi saja,” kata Anies.
Dalam pemaparannya, eks Gubernur DKI Jakarta itu menampilkan peta Indonesia, dari Sabang sampai Merauke. Peta itu dibuat melalui foto yang dilakukan malam hari.
Nampak, wilayah barat agak terang. Apalagi di wilayah tengah, terkhusus Jawa. Sementara di Indonesia Timur sangat kontras. Gelap.
“Listrik yang menyala di malam hari. Kanan bawah lihat,” ujar Anies menunjuk wilayah Indonesia Timur.
Di lain sisi, ia membandingkannya dengan peta serupa di negara lain. Seperti India dan Korea Selatan.
Tampak peta yang berwarna dasar hitam itu penerangannya tidak kontras, seperti wilayah di Indonesia. Atau dalam arti lain, akses aliran listrik di sana lebih merata.
“Lihat Korsel. Kita ingin di malam hari seluruh kota di Indonesia menyala terang,” ujarnya.
Ia menegaskan, kesetaraan dan keadilan mesti ada. Baik desa maupun kota. Soal pemaparannya yang hanya menggunakan ilustrasi, Anies bilang memang sengaja.
“Apapun data statistik itu cuma laporan, yang dibutuhkan adalah perasaan warga,” tegasnya.
Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu mengambil contoh, saat jadi Gubernur DKI Jakarta, ia mengambil testimoni warga sebagai indikator keberhasilan.
“Kita baik bila rumah tangga di Jakarta bilang syukur alhamdulillah kita tinggal di Jakarta,” imbuhnya.
Diketahui, hal itu disampaikan Anies dalam diskusi rangkaian Rakernas Apeksi bertajuk “Indonesia dan Tantangan Pembangunan Kota di Masa Depan”.
Selain Anies, Prabowo dan Ganjar Pranowo juga didapuk sebagai pembicara. Mereka menyampaikan gagasannya mengenai tantangan pembangunan Indonesia, di depan wali kota dari seluruh Indonesia. (Arya/Fajar)