Alih-alih Gantikan Pekerjaan Wartawan, OpenAI Gandeng Kemitraan dengan Jurnalis Lokal

  • Bagikan
Ilustrasi OpenAI. (Gizmochina)

FAJAR.CO.ID -- Kehadiran perusahaan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI), OpenAI, selama ini dianggap dapat membahayakan pekerjaan jurnalis. Namun, alih-alih menggantikan pekerjaan profesi pencari berita, OpenAI malah menggandeng kemitraan dengan jurnalis lokal.

OpenAI mengumumkan kemitraan dengan jurnalis lokal dengan total investasi yang mengejutkan. Total investasi senilai USD5 juta atau hampir setara dengan Rp 75 miliar.

Kemitraan tersebut dikabarkan langsung oleh OpenAI melalui situs web sekaligus Twitternya di @OpenAI pada Selasa (18/7) malam.

OpenAI menggandeng American Journalism Project (AJP) dalam kerja sama tersebut. "We are partnering with @JournalismProj to explore how AI tools can assist local newsrooms (Kami bermitra dengan @JournalismProj untuk mengeksplorasi bagaimana alat AI dapat membantu redaksi lokal)," tulis OpenAI dalam keterangan siaran pers dikutip JawaPos.com, Selasa (18/7).

Menurut OpenAI, kemitraan ini bertujuan untuk eksplorasi kecerdasan buatan agar bisa mendukung berita lokal yang berkembang dan inovatif. Selain itu, mereka juga akan memastikan organisasi berita lokal membentuk era baru teknologi menggunakan AI.

Sebagaimana diketahui sebelumnya, OpenAI merupakan perusahaan di balik ChatGPT, kecerdasan yang mampu menjawab nyaris semua pertanyaan di dunia dalam semua bahasa. Alih-alih kerja para jurnalis tergantikan oleh AI, pihak AJP sendiri menilai kemitraan ini sebagai peningkatan dan sama sekali tidak membahayakan.

"Di hari-hari awal AI generatif ini, kami memiliki kesempatan untuk memastikan bahwa organisasi berita lokal, dan komunitasnya, terlibat dalam membentuk implikasinya. Dengan kemitraan ini, kami bertujuan untuk mempromosikan cara-cara AI untuk meningkatkan, bukannya membahayakan, jurnalisme," ungkap Sarabeth Berman, CEO AJP melalui siaran pers tersebut.

Peningkatan dari memanfaatkan AI dalam bidang jurnalistik menurutnya ada banyak. Di mana AI dapat memberi fasilitas analisis yang lebih dalam atas data dan informasi publik, meningkatkan pengalaman pengguna, hingga pengembangan format baru dalam menyampaikan informasi.

Tampaknya, Sarabeth Berman juga memiliki sedikit kekhawatiran tentang penggunaan AI di kejurnalistikan. Sayangnya kekhawatiran tersebut justru dianggapnya sebagai tantangan.

Bahwa AI akan menimbulkan tantangan untuk pengembang, jurnalis, serta masyarakat terkait penyebaran bias informasi.

Masifnya penggunaan teknologi AI pada hampir semua bidang termasuk jurnalistik, selain risiko bias informasi juga memberi kerumitan tersendiri pada pengaturan privasi dan hak cipta.

Dana hibah USD 5 juta dari OpenAI ke AJP itu akan digunakan pada fokus tiga hal yakni membuat studio teknologi AI untuk pengelola berita lokal, investasi pada uji coba dan eksperimen dengan AI pada berita lokal, serta dalam bentuk kredit menggunakan AI untuk AJP. (fajar/jpg)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan