Viral Remaja Chintya Jualan Peyek dengan Merangkak di Surabaya, Ini Kondisi Rumah Kosnya

  • Bagikan
Gang sempit menuju rumah Chintya, remaja Surabaya yang berjualan peyek dengan merangkak. (Dimas Nur/JawaPos.com)

FAJAR.CO.ID, SURABAYA -- Remaja Surabaya Chintya yang viral karena berjualan peyek dengan merangkak itu tinggal dengan satu adiknya yang masih kelas 5 SD. Dia dan adiknya bersama ayah dan ibunya itu menghuni rumah kos di Kendangsari Gang 7 Sekolahan 52.

Jalan masuk ke hunian Chintya cukup sempit. Hanya bisa dilewati dua orang dewasa dan tak ada matahari yang masuk dengan leluasa, minim cahaya matahari. Per bulan, keluarganya harus membayar sewa Rp 350 ribu.

”Kalau tinggal di rumah kos ini baru 9 bulan. Sebelumnya bukan di sini, pindahan,” kata Sumiyati ibu dari Chintya saat ditemui JawaPos.com, Minggu (23/7).

Setiap dua minggu sekali, Chintya harus menjalani terapi di RSUD Soetomo. Untuk berangkat ke sana, Chintya diantar ambulance gratis Rumah Zakat.

”Sebelumnya, saya kadang pinjam motor teman di kerjaan,” imbuh Sumiyati.

Chintya menderita kelainan tulang sejak lahir. Selama ini, dia telah menjalani operasi hingga dua kali. Dalam waktu dekat, Sumiyati menyebutkan bahwa Chintya akan dioperasi kembali.

Beberapa waktu lalu, rekaman video seorang remaja di kawasan Dharmawangsa Surabaya berjualan peyek dengan merangkak. Setelah ditelusuri ternyata remaja itu bernama Chintya.

Remaja 17 tahun asal Surabaya itu menjajakan dagangan rempeyek buatan sang ibu sambil menunggu tim terapi RSUD Soetomo memanggilnya. Dia menderita kelainan tulang sejak lahir.

Chintya tinggal bersama keluarga kecilnya di rumah kos ukuran lebih kurang 3x3 meter persegi di Kendangsari Gang 7, Sekolahan RT 7. Putri pasangan Andi Siswoto, 49, dan Sumiyati, 46, itu berjualan peyek untuk mendapatkan tambahan uang.

Chintya mengaku tak malu berjualan peyek dan tidak ada paksaan dari orang tuanya. ”Waktu itu pengambilan videonya juga untuk penggalangan donasi kan dari satu pihak yang sudah disetujui juga oleh saya sama keluarga, sekitar Maret lalu,” ungkap Chintya.

Chintya tidak pernah menyangka jika videonya itu viral dan menggegerkan banyak pihak. Dia mandek sekolah setelah lulus SMP.

”Saya kembali sekolah pakai kejar paket C dari Geng Gemes yang menyekolahkan. Saya pengen jadi dokter kalau bisa kuliah,” ucap Chintya dengan malu-malu.

Menurut Sumiyati, pihaknya tak pernah menuntut apa pun dari Pemkot Surabaya.

”Waktu ramai-ramai dapat bantuan dari pemerintah saat pandemi, saya syukuri saja tidak dapat. Tapi, saya beberapa kali tanya ke kelurahan. Dijelaskan oleh Pak Lurah juga masih proses ya sudah tidak apa-apa,” terang Sumiyati, perempuan kelahiran Rembang Jawa Tengah.

Sumiyati menjadi tulang punggung keluarga sejak 2019. Sebab, suami tak bisa lagi bekerja setelah didiagnosis kanker tenggorokan. Saat ini, kondisi sang suami tak bisa melihat. Kankernya juga telah menyebar ke hidung.

Chintya dan Sumiyati tak pernah berhenti membasahi bibirnya dengan lantunan doa tiap pagi. Begitu JawaPos.com menanyakan, apa yang membuat Sumiyati kuat menjalani kehidupannya, air matanya berlinang.

”Kebutuhan perut bukan prioritas kami. Saya bersyukur bisa beli pampers untuk ayahnya. Untungnya, anak-anak ini nggak rewel urusan perut. Saya bekerja sebagai tenaga lepas di salah satu konveksi tiap hari,” ucap Sumiyati. (jpg/fajar)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan