FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- KH Bahauddin Nur Salim atau yang karib disapa Gus Baha mengatakan, tidak sedekah tapi suka jajan itu sudah masuk kategori sedekah.
Karena menurutnya, memberi keuntungan penjual 200 perak saja itu lebih sopan daripada memberinya uang cuma-cuma.
"Penjualnya senang, dagangannya laris dan dia tidak tersinggung. Daripada sedekah 2.000 penerima sedekah ada potensi tersinggung," jelasnya dikutip dari YouTube, Selasa (25/7/2023).
Kiai muda yang sering memakai peci dengan menjulurkan rambut ke depan itu menyebut sedekah merupakan upaya pengabadian harta. Bahwa apa yang disedekahkan itulah yang abadi.
"Misalnya, dia (pengusaha) punya uang 1 Miliar, karena dia spekulan atau pedagang rawan bangkrut, disedekahkan ke masjid 50 juta. Ya itu yang abadi. Jadi kalau suatu saat bangkrut, dia masih punya uang 50 juta di akhirat," jelas Gus Baha.
"Jadi, Nabi mengajari sedekah itu apa? Ya sedekah itu pengabadian uang. Kalau kita kan nggak. Sedekah itu nguras uang. Itu pikiran setan, ndak pikiran orang Islam. Itu cara berikir setan, bukan cara berpikir umat Islam," katanya lebih lanjut.
Lebih jauh, Gus Baha menceritakan sebuah kisah, suatu ketika, jatah makan Rasulullah SAW diberikan oleh Siti Aisyah, istrinya, kepada orang lain.
"Wahai Aisyah, makanan jatah saya di mana?" tanya Nabi, sebagaimana ditirukan Gus Baha. "Wahai Rasulullah, tadi ada orang minta. Lalu, saya berikan. Makanan itu habis."
Apa kata Rasulullah saw?
"Kamu salah, 'Aisyah. Yang kamu kasihkan itu justru yang masih."