Adapun strategi buyback untuk program ESOP bukan kali pertama dilakukan BRI, setidaknya dalam kurun dua tahun terakhir. Sepanjang 1 Maret 2022 hingga 26 Januari 2023, BRI telah merealisasikan pembelian saham kembali senilai Rp2,99 triliun atau 647,38 juta lembar.
Terkait dengan aksi korporasi buyback tersebut, sebelumnya Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan bahwa aksi korporasi ini tidak mengganggu kondisi keuangan pasca buyback sehingga dipastikan kondisi keuangan perseroan tetap solid. "Selama buyback ini kita sudah sangat kalkulatif dengan baik, tidak akan mengganggu kinerja, tidak akan mengganggu permodalan BRI ke depan bahkan memperkuatnya," ujarnya.
Sunarso juga mengungkapkan bahwa buyback saham ini digunakan untuk para karyawan BRI sebagai pelaksanaan program kepemilikan saham pekerja maupun direksi. Hal ini untuk meningkatkan engagement karyawan BRI. Dia berharap dengan adanya buyback saham ini, akan menumbuhkan motivasi dan rasa memiliki karyawan terhadap perusahaan yang kemudian akan mendongkrak kinerja karyawan.
Agung lanjut menjelaskan alasan lain mengapa saham BBRI layak dikoleksi, yakni terkait kinerja fundamental dalam beberapa waktu terakhir, dimana efisiensi menjadi salah satu strategi BBRI untuk meningkatkan profitabilitas. “Kemampuan bank meningkatkan efisiensi terlihat dari pertumbuhan biaya operasional BRI yang lebih rendah dibandingkan dengan pendapatan,” lanjutnya.
Net interest margin (NIM) atau margin bunga bersih naik menjadi 7,8% pada kuartal I-2023 dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 7,7%. Pada periode yang sama credit cost atau biaya kredit bank turun 198 basis poin (bps) per Maret 2023 dibandingkan tahun lalu. Kemampuan bank meningkatkan efisiensi terlihat pula dari return on average equity (ROAE) atau tingkat pengembalian ekuitas rata-rata yang naik signifikan ke level lebih dari 20%.