LRT Jabodebek Awalnya Dipandang Proyek Mustahil, Kereta Tanpa Masinis

  • Bagikan
uji coba LRT Jabodebek

Ketiadaan integrator system berdampak pada kurangnya koordinasi antara pihak-pihak terkait dan adanya kesalahan desain pada prasarana kereta. Kartika Wirjoatmodjo menyebut salah satu kesalahan desain pada rute LRT Jabodebek, yaitu jembatan lengkung bentang panjang (longspan) yang menghubungkan wilayah Gatot Soebroto dan Kuningan.

Kesalahan ini, kata Kartika, akibat ketiadaan integrator system sehingga terjadi kesalahan desain pada jembatan longspan dari Gatot Subroto ke Kuningan. Kesalahan tersebut terjadi akibat Adhi Karya yang bertanggung jawab dalam hal prasarana, membangun jembatan lengkung bentang panjang tanpa menguji sudut kemiringan kereta.

Jembatan tersebut seharusnya dibuat lebih lebar. Tujuannya agar kereta dapat melaju dengan optimal. Akibatnya, rangkaian kereta LRT Jabodebek kini harus berbelok dengan kecepatan yang pelan, sekitar 20 kilometer per jam, saat melewati jembatan ini.

Pria yang akrab disapa Tiko itu memaparkan LRT Jabodebek awalnya dipandang sebagai proyek mustahil terealisasi. Itu karena LRT Jabodebek ini direncanakan beroperasi dengan sistem Grade of Automation (GoA) level 3. Sistem ini memungkinkan kereta beroperasi tanpa masinis.

Proyek LRT Jabodebek terbagi 6 komponen dan dikerjakan perusahaan berbeda. Kartika menyebutkan, PT Adhi Karya (Persero) Tbk bertanggung jawab pada bagian prasarana, PT Industri Kereta Api atau Inka bertanggung jawab dalam pembangunan rangkaian kereta, PT Len Industri (Persero) memegang masalah persinyalan.

Kemudian, KAF bertanggung jawab dalam masalah permesinan kereta, Siemens bertanggung jawab dalam pengembang perangkat lunak.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan