"PDIP memerlukan jurus yang lebih jitu untuk bisa mengerek elektabilitas capres maupun partai,” jelas Dendik.
Sejumlah manuver dilakukan PDIP, dengan berupaya menggoyang partai-partai anggota koalisi yang lain. Sebelum berangkat haji, Puan Maharani mengadakan pertemuan dengan Agus Harimurti Yudhoyono di tengah ketegangan di tubuh Koalisi Perubahan.
Tarik-menarik antara Demokrat dan Nasdem soal cawapres pendamping Anies Baswedan menimbulkan potensi perpecahan koalisi. Sebab, PDIP dan Demokrat sama-sama saling mencari peluang dengan melakukan pendekatan antara kedua partai.
Belum lama ini Puan juga bertemu dengan Muhaimin Iskandar (PKB) dan Airlangga Hartarto (Golkar). Puan mengumumkan lima nama kuat cawapres pendamping Ganjar, termasuk AHY dan Muhaimin, serta kemungkinan nama-nama yang ada bisa bertambah lagi.
PKB sejak awal tergabung dalam koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR) bersama Gerindra, sedangkan Golkar membentuk Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) bersama PAN dan PPP. Belakangan PPP turut mendukung Ganjar, sehingga secara de facto KIB sudah tidak ada lagi.
"Golkar tengah gonjang-ganjing lantaran sejumlah elite partai berupaya melengserkan Airlangga dari tampuk ketua umum,” ucapnya.
Ia melihat Golkar tak kunjung menentukan arah dukungan soal pencapresan, sementara elektabilitas Airlangga selalu posisinya jauh di bawah. Apabila terus berlarut-larut, elektabilitas Golkar bisa semakin anjlok atau gagal mempertahankan posisi tiga besar.
Hal tersebut juga membuat posisi tawar Golkar melemah dalam peta koalisi pencapresan, yang berdampak pula pada hilangnya peluang mendapatkan coattail effect.