FAJAR.CO.ID -- Jembatan lengkung bentang panjang (longspan) LRT Jabodebek menjadi sorotan. Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo menyebutnya salah desain, sehingga kecepatan LRT lambat, hanya 20 km per jam.
Penilaian Wamen BUMN yang menyebut longspan LRT Jabodebek salah desain dibantah Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi. Dia menilai jembatan lengkung bentang panjang (longspan) LRT bukan kesalahan desain.
Budi Karya Sumadi menjelaskan, longspan LRT yang menghubungkan Gatot Subroto (Gatsu) dan Kuningan desain optimal telah dilakukan oleh perancang. Desain longspan LRT Jabodebek yang telah terbangun saat ini merupakan solusi desain yang optimum terhadap kondisi dan tantangan di lapangan.
"Saya tak bisa ngomong salah dan benar, tetapi itu solusi desain yang optimum. Saya tak katakan itu maksimum. Saya bisa katakan tidak salah, tetapi merupakan solusi desain,” jelas Budi Karya Sumadi di kompleks Istana Kepresidenan, Kamis (3/8).
Dia meyakini tikungan pada jembatan lengkung bentang panjang Gatsu-Kuningan merupakan desain optimal. Meski demikian, pemerintah secara berkala akan terus melakukan evaluasi ke depannya.
Budi Karya Sumadi menerangkan, dalam setiap proyek, termasuk perencanaan dan perancangan desain, selalu ada tantangan dan hambatan. Nah, setiap arsitek akan mencari solusi untuk mengantisipasi kekurangan.
Budi mengemukakan, masyarakat seharusnya bisa melihat sisi positif dari pembangunan jembatan lengkung bentang panjang LRT Jabodebek yang dirancang Arvilla Delitriana.
Perempuan lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 1989 sebelumnya mendapat rekor dari Museum Rekor-Dunia Indonesia (Muri) karena berhasil membuat jembatan lengkung terpanjang di Indonesia.
Jembatan ini tidak hanya memiliki kerumitan desain, tetapi konstruksinya berada di atas flyover tol dalam kota di ruas Kuningan. Jembatan membentang sepanjang 148 meter dan memiliki radius lengkung 115 meter. Jembatan ini menggunakan beton seberat 9.688,8 ton.
Desain Longspan Kuningan yang dirancang Arvilla Delitriana berhasil mengalahkan tiga model dari konsultan internasional asal Perancis. Konsultan ini kerap disewa PT Adhi Karya yang merupakan pengembang proyek LRT Jabodebek.
Tantangan dalam perancangan desain hingga pembangunan jembatan lengkung bentang panjang Gatsu-Kuningan ini sangat rumit. Perancang harus membuat crossing atau lintasan di atas perempatan Kuningan yang padat kendaraan.
Selain itu, banyak struktur lain di sekitar lokasi pembangunan longspan di antaranya, jalan tol, flyover, dan underpass dari Mampang menuju Kuningan.
Rancangan Arvilla Delitriana menjadi solusi kerumitan struktur dengan membuat Longspan Kuningan.
Arvilla Delitriana membuat desain jembatan lengkung bentang panjang mulai dari Jalan Gatot Subroto ke Jalan Rasuna Said tanpa menambah kolom di tengah perempatan Kuningan.
Rancangan jembatan lengkung bentang panjang karya Arvilla Delitriana disebut sebagai solusi desain yang optimum, karena konsultan internasional dari Prancis yang disewa PT Adhi Karya untuk pembuatan lintasan LRT, menghadapi kesulitan.
Konsultan asal Prancis itu menilai pembangunan jembatan untuk jalur LRT di atas perempatan Kuningan yang padat dengan struktur lain, sangat sukar diimplementasikan. Bahkan, pengerjaannya berisiko di lapangan.
Jembatan lengkung bentang panjang atau longspan bisa diterapkan, tetapi konsultan asal Prancis itu mengusulkan harus membangun kolom tambahan. Letaknya tepat di tengah perempatan Kuningan.
Model longspan yang dirancang Arvilla Delitriana menjadi solusi hambatan itu. Dia memecahkan syarat desain jembatan yang harus melengkung sepanjang 148 meter, dan hanya menggunakan dua kaki sebagai pilar dengan beda tinggi.
Dua kaki yang menjadi pilar penahan jembatan memiliki ketinggian 22 meter dan 16 meter. Dua kaki pilar jembatan dibangun dengan pondasi dengan kedalaman hingga 8 meter dari permukaan tanah.
Menurut Arvilla saat itu, kecepatan LRT pada saat melewati lengkungan maksimal 30 km per jam sesuai dengan ketentuan yang berlaku sehingga kereta tidak terlempar dari jalurnya.
Sesuai desain awal dari Arvilla, Budi Karya Sumadi mengatakan, setiap melintasi tikungan, termasuk di Longspan Kuningan, LRT harus mengurangi kecepatan.
Penurunan laju atau kecepatan kereta di setiap tikungan dianggap wajar. Kondisi itu juga terjadi di setiap moda serupa di seluruh dunia.
"Tak hanya di Indonesia saja, mengurangi kecepatan di tikungan, tetapi di seluruh dunia, kalau ada tikungan harus pelan. Namun, untuk jaminan, inshaAllah aman,” katanya.
Kecepatan rata-rata LRT itu hingga 80 km per jam. Laju kereta akan menurun di setiap titik tikungan hingga 40 km per jam. Target waktu tempuh dari Stasiun Harjamukti hingga Stasiun Dukuh Atas dapat dicapai hanya dalam kurun 43 menit.
Bila target lama perjalanan selama 43 menit, maka sistem dibuat sesuai target. Bila kecepatan menurun di setiap tikungan menjadi 20 km per jam hingga 40 km per jam, tetapi dikompensasi pada jarak yang lain dengan kecepatan yang lebih tinggi sesuai standar. (bs-fajar)