"Agar koalisi ini juga semakin kuat posisi dan brandingnya di rakyat yang ingin perubahan. Di mana semakin hari semakin besar dan luas dukungannya. Tentu mereka akan bingung jika koalisi yang katanya mengusung perubahan malah mencalonkan tokoh yang bukan perubahan, apalagi dia tokoh 'status quo' atau bagian dari rezim ini. Baik dia bagian inti atau pinggiran rezim ini," ujarnya.
"Tentu jikapun saya misalnya jadi Pak Jokowi termasuk para pendukung rezim ini, pasti akan tidak sukalah: 'anda selama ini ikut menikmati rezim ini kok malah tiba-tiba mau mengkritiknya dan pindah ke barisan perubahan lagi," katanya.
Jansen Sitindaon menyindir pihak yang getol menjadi cawapres Anies Baswedan, tetapi berada di luar Koalisi Perubahan, bahkan menjadi bagian dari rezim.
"Dapat saya pahami, karena yang menjadi perhatian saat ini adalah soal pengisian posisi Cawapres. Karena tinggal ini yang kosong dan koalisi perubahan ini juga sudah cukup syarat berlayar 20 persen. Tentulah banyak peminat dari luar sana yang merasa dirinya pantas dan ingin mengisi posisi itu," imbuhnya.
Jansen Sitindaon juga menitip pesan kepada semua peminat cawapres Anies Baswedan, tetapi tidak merepresentasikan perubahan, agar mencari koalisi lain jika ingin menjadi cawapres. Apalagi jika orang itu ikut menikmati rezim.
"Saya pribadi akan menentang anda, minimal di rapat-rapat di partai saya, Demokrat yang adalah pemegang 9,3 persen dalam koalisi perubahan ini. Soal apakah pendapat saya itu akan menang atau kalah, tidak terlalu penting buat saya. Penting saya akan bersuara menentang dan menolak anda yang tidak merepresentasikan perubahan namun ingin jadi Cawapres di koalisi ini," tegas Jansen Sitindaon.