FAJAR.CO.ID, QUITO -- Pemilu berdarah, Calon Presiden Ekuador dari Partai Movimiento Construye, Fernando Villavicencio tewas tertembak pada saat kampanye.
Saat itu Villavicencio sedang melakukan kampanye politik di ibu kota, Quito.
Dari informasi yang dihimpun, Villavicencio ditembak saat hendak memasuki mobil setelah melakukan kampanye.
Villavicencio diketahui juga sebagai anggota majelis nasional negara.
Dia diserang seorang pria yang melangkah maju dan menembak sebanyak tiga kali di bagian kepala.
Pada saat yang sama, sempat terjadi aksi baku tembak antara pelaku dengan pihak keamanan. Akibatnya, tersangka meninggal karena luka-lukanya.
Kabarnya, bukan hanya satu orang, namun sejumlah orang bersenjata menyerang kantor partai Villavicencio, Movimiento Construye.
Hal itu berlangsung di kota yang sama dengan peristiwa ia terbunuh, meskipun merupakan insiden terpisah.
Untuk diketahui, akibat dari kehadiran kartel narkoba di Ekuador, negara tersebut mengalami peningkatan kekerasan beberapa tahun terakhir.
Presiden Lasso sendiri sempat mengumumkan keadaan darurat dan jam malam di tiga provinsi menyusul sejumlah pembunuhan yang terkait dengan kejahatan terorganisir.
Orang nomor satu di Ekuador itu sontak menjadi isu utama dalam kampanye Villavicencio. Dia bahkan menyuarakan penundaan kampanye karena kekerasan politik meningkat, termasuk pembunuhan walikota Manta pada Juli lalu.
Jelang Pilpres, Villavicencio diketahui mendapatkan dukungan sebanyak 7,5 persen.
Capaian itu menempatkannya di peringkat kelima dari delapan kandidat presiden untuk pemungutan suara 20 Agustus.
Villavicencio yang berasal dari provinsi Chimborazo di Andean merupakan mantan anggota serikat pekerja di perusahaan minyak negara Petroecuador.
Setelahnya, dia kemudian menjadi jurnalis yang mengecam jutaan kerugian kontrak minyak bagi negeri itu.
Villavicencio merupakan kritikus keras terhadap mantan Presiden Rafael Correa dan divonis 18 bulan penjara atas pencemaran nama baik dari pernyataan yang dia buat terhadap mantan presiden itu.
Dia kabur ke kawasan warga pribumi di Ekuador dan kemudian mendapatkan kehidupan di Peru.
Sebagai legislator, Villavicencio dikritik oleh politisi oposisi karena menghalangi proses pelengseran (impeachment) tahun ini terhadap Lasso, yang kemudian membuat pemilu dilakukan lebih awal.
"Hari ini, lebih dari biasanya, kebutuhan untuk bertindak dengan tangan kuat menghadapi kejahatan ditegaskan kembali," tukas capres Jan Topic dalam unggahan di X. (Muhsin/fajar)