FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Budiman Sudjatmiko, memberikan respons pria yang ditembak mati Biro Investigasi Federal (FBI) karena mengancam Presiden Amerika Serikat Joe Biden.
Dikatakan Budiman, apa yang dilakukan FBI tersebut sebagaimana dengan hukuman keras yang diterapkan pada penumpang pesawat yang bercanda soal bom.
"Sebagaimana hukuman keras diterapkan pada penumpang pesawat yang bercanda soal bom," ujar Budiman dalam cuitan Twitternya (11/8/2023).
Berkaca pada kasus Pemilu berdarah di Ekuador, salah satu Capres ditembak mati saat kampanye, Budiman berpandangan ancaman pembunuhan harus disikapi serius.
"Baiknya ungkapan ancaman pembunuhan harus disikapi serius. Tak cukup dengan permintaan maaf bermodal materai," tegasnya.
Menurut Budiman, ancaman pembunuhan yang dinyatakan di depan umum, bukan bagian dari kebebasan berekspresi.
Selain itu, Budiman juga menyentil soal isi ceramah yang kerap mengeluarkan kata-kata keras dan sepatutnya tidak diungkapkan seorang pendakwah.
"Ancaman pembunuhan bukan kebebasan berekspresi. Juga seruan ajak pembunuhan misal ceramah yang suka bilang, kita gantung di lapangan, kita cincang-cincang. Ini bahkan sudah pada ajakan," kuncinya.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, FBI telah menembak dan membunuh seorang pria, Rabu (9/8/2023).
Pria tersebut diketahui berasal dari negara bagian Utah. Ditembak ketika sedang dilakukan penangkapan.
Pria itu bernama Craig Deleeuw Robertson.
Sebelumnya, dia dilaporkan telah mengeluarkan ancaman untuk membunuh Presiden Joe Biden dan Alvin Bragg Jr., jaksa wilayah Manhattan, New York.