Sementara itu, Kadis Pengelolaan Sumber Daya Air Andi Darmawan Bintang menyebut masjid ini dibangun di era Syahrul Yasin Limpo (SYL) namun sempat terhenti saat era Nurdin Abdullah selama satu setengah tahun.
Pembangunan lalu dilanjutkan usai Andi Sudirman Sulaiman dilantik jadi Gubernur Sulsel.
“Sempat berhenti pada zaman Nurdin Abdullah sekitar 1 setengah tahun dan setelah Gubernur Abdi Sudirman dilantik, beliau memerintahkan untuk melanjutkan karena tidak boleh mangkrak yang namanya rumah ibadah,” ujar Darmawan yang juga merupakan Kepala Bappelitbangda ini.
Rekonstruksi masjid ini terdiri dari baja dan beton yang berdiri di lahan kurang lebih 2 hektar.
“Dapat menampung 13 ribu lebih jemaah. Rinciannya 3.800 jemaah laki-laki dan 1.008 untuk jemaah perempuan. Sedangkan di pelataran suci dapat menampung 8.000 jemaah,” bebernya.
Daya tampung untuk parkir 235. Sekitar 75 sekitar basemen dan 100 lebih di sekitar masjid.
Kemudian toilet yang disediakan untuk pria dan wanita itu berimbang sekitar 42, titik krannya 143.
“Jadi ada bisa jemaah laki-laki dan perempuan bersamaan sekitar 286. Ini sesuai dengan daya tampung untuk mengurangi beban antrian,” kata Mantan Pj Sekda Sulsel ini.
Tak hanya itu, masjid ini dilengkapi dengan air mancur yang diklaim sebagai air mancur terbesar kedua di Indonesia.
“Yang besarnya merupakan terbesar kedua yang ada di Indonesia. Kalau tidak salah selain yang ada di Jawa Timur kalau tidak salah. Panjangnya sekitar 70 meter. Lebarnya enam meter. Kemudian air mancurnya bisa menari mengikuti suara musik maupun suara yang lagi menyanyi. Dan ini salah satu air mancur terbesar di Indonesia,” tandasnya. (selfi/fajar)