"Jadi jangan malah lebih mahal harganya, kasihan masyarakat," terangnya.
Guncangan Ekonomi
Menurutnya, jika betul terjadi penghapusan dan ada kenaikan harga BBM, maka pasti akan menimbulkan guncangan ekonomi dan gejolak sosial. "Inflasi pasti makin tinggi," katanya.
Selain itu, Sutardjo juga kebijakan tersebut dipastikan akan membuat makin bertambahnya masyarakat miskin. Jika harga kebutuhan naik, pasti akan berdampak ke semua aspek. "Dalam kondisi seperti ini jangan dulu membuat gaduh," ucapnya.
Ia menganalisa, kenaikan harga BBM bisa terjadi karena tidak ada lagi anggaran untuk subsidi. Bisa saja dialihkan ke alokasi sektor lainnya. Bisa jadi juga karena ada unsur-unsur politik bagaimana menimbulkan kegaduhan agar Pemilu ditunda.
"Apalagi ini menjelang pesta demokrasi jadi rawan dan liar ini pandangan masyarakat," terangnya.
Sementara analis ekonomi Universitas Hasanuddin (Unhas) Andi Nur Bau Masepe, khawatir inflasi tak terkontrol lagi jika Pertalite dihapus dan diganti BBM yang lebih mahal. "Tentu saja ini akan memukul kembali daya beli," tegasnya.
Kata dia, pemerintah diminta untuk mengurangi BBM yang tidak ramah lingkungan. Seperti Premium sudah tidak ada karena dinilai menimbulkan emisi karbon cukup banyak dibanding Pertalite.
Sekarang Pertalite diwacanakan dihapus dan dialihkan menggunakan Pertamax. Ia memberikan analisa untuk mencoba membandingkan dengan Malaysia. Mengapa mereka bisa murah, sementara sumber dan jenis BBM-nya sama.
Melihat hal tersebut kata dia, berarti inikan ada kebijakan yang tidak efisien dan tidak efektif di BUMN dan pemerintah sendiri. "Saya yakin harga BBM akan naik ini dalam jangka panjang akan memperburuk kondisi ekonomi negara," terangnya.(*/fajar)