"Di samping itu juga tentu menghitung karena sejauh ini Partai lain juga belum menentukan pilihan, yang mungkin belum bisa dihitung betul kira-kira siapa yang bakal dipilih dan apakah bisa merepresentasi," sambung dia.
Sukri masih belum melihat pergerakan dari bakal Capres lainnya. Meskipun beberapa nama coba disimulasikan. Misalnya Prabowo dan Ganjar yang coba dicari kaitannya dengan NU.
"Misalnya warga Nahdliyyin itu tadi, karena kalau kita melihat wacana saat ini kan dalam tanda petik ada upaya untuk memperebutkan suara NU terutama di Jatim saat ini," tukasnya.
Menurut Sukri, dalam pertimbangannya tentu bukan hanya pada poros NU yang diupayakan. Namun juga ada hal-hal lain yang perlu dipastikan.
"Barangkali juga termasuk misalnya mungkin, kalau kita lihat wacananya, Anies sudah bisa mengunci keikutsertaannya," tandasnya.
Sukri kemudian menyinggung bagaimana Partai Demokrat sebelum memutuskan hengkang dari Koalisi Perubahan. Dia banyak melakukan komunikasi dengan Partai lain.
"Kemarin Demokrat dianggap ada banyak komunikasi dengan Partai lain yang berpotensi dikhawatirkan pergi tiba-tiba kemudian bergabung dengan koalisi lain dan meninggalkan NasDem dan PKS," imbuhnya.
Tambahnya, tanpa satu Partai NasDem dan PKS tidak bisa melanjutkan perjalanan untuk meraih tiket Pilpres 2024.
"Dengan kemudian mengamankan PKB, bagi NasDem dan Anies, itu sudah ada tiket menuju ke sana dan sisa menunggu waktu," kuncinya.
(Muhsin/fajar)