FAJAR.CO.ID, MAKASSAR-- Solar dan elpiji subsidi berpotensi dibatasi penyalurannya. Kuota subsidi diprediksi jebol.
Pembatasan berpotensi dilakukan lantaran kuota subsidi solar tahun hanya 16 juta kiloliter (KL). Konsumsi solar diprediksi mencapai 18 juta KL. Sementara kuota elpiji tiga kilogram hanya 8 juta metrik ton (MT). Penyalurannya diproyeksi tembus 8,28 juta MT.
Analis Ekonomi Universitas Hasanuddin (Unhas) Andi Nur Bau Massepe menuturkan saat kondisi seperti ini justru pemerintah atau pihak terkait jangan lempar isu panic buying. Harusnya membuat kepastian bahwa stok BBM ada dan tersedia.
"Kemudian mereka meminta masyarakat untuk tenang dan mengonsumsi BBM secara wajar jangan berlebihan," jelasnya.
Terkait dengan wacana bahwa apakah hal ini adalah akal-akalan Pertamina? Ia tidak bisa memastikan hal tersebut. Pastinya, jika terjadi kenaikan, para pelaku UKM harus menyesuaikan harganya dan kuantitas harga.
"Saya belum juga belum melalukan observasi di masyarakat, apakah ada panic buying, tetapi perilaku seperti itu memang biasa terjadi di awal-awal," jelasnya.
Pemerhati UMKM ini juga menuturkan mestinya yang mengambil peran penting adalah pemerintah. Bagaimana mereka harus menjamin dan berkordinasi dengan pertamina memastikan tidak ada kekurangan stok.
"Karena dalam ilmu komunikasi bila Pertamina bilang stok aman dan terkendali masyarakat tidak percaya," bebernya.
Maka dari itu pemerintah daerah melalui SKPD, pertamina, dan unsur masyarakat harus sama-sama terlibat mengatur dan memastikan agar stok aman dan tercukupi tanpa ada ricuh.