FAJAR.CO.ID, MAKASSAR-- Inflasi pada Agustus cukup terkendali. Inflasi nasional tercatat 3,27 persen, sementara di Sulsel 3,53 persen.
Meski inflasi terkendali secara umum, namun harga beras masih mahal. Itu menjadi perhatian pemerintah. Salah satu strateginya, salurkan bantuan sosial (bansos). Pemerintah mengguyur beras murah program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pasar (SPHP).
Penanganan inflasi juga menjadi perhatian Penjabat (Pj) Gubernur Sulsel Bahtiar Baharuddin. Kemarin, Senin, 11 September, Bahtiar mengikuti Rapat Koordinasi Nasional Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) yang dipimpin langsung Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian, secara virtual.
Seluruh kepala daerah se-Sulsel juga mengikuti rakor di ruang rapat pimpinan kantor Gubernur Sulsel.
"Inflasi bisa kita imbangi dengan gerakan pangan, memperkuat cadangan stok beras pemerintah. Kita bisa lakukan intervensi, agar kenaikan harga beras tidak membebani masyarakat," kata Tito, kemarin.
Tito juga meminta agar kepala daerah bersama Tim Penggerak PKK melakukan kampanye Stop Boros Pangan, secara masif. Apalagi, Indonesia merupakan negara kedua di dunia yang boros pangan.
Berdasarkan riset Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Indonesia kehilangan 23 hingga 48 juta ton makanan setiap tahun. Mayoritas makanan yang terbuang itu bersumber dari padi-padian dengan proporsi 44 persen.
Selanjutnya, 20 persen pemborosan makanan dan terbuang sia-sia berasal dari buah-buahan. Kemudian, sebanyak 16 persen makanan yang terbuang merupakan sayur-sayuran. Juga ada 9 persen makanan terbuang berasal dari olahan ikan.