FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Gambaran religius bakal calon presiden, Ganjar Pranowo yang ditayangkan dalam sebuah sesi azan magrib memunculkan tudingan politik identitas di belakangan namanya.
Politisi Partai Ummat Mustofa Nahrawardaya menilai munculnya predikat politik identitas karena selama ini Ganjar lebih dikenal dengan image yang dekat dengan wong cilik.
Identitas mantan Gubernur Jawa Tengah itu dari awal dikenal sebagai tokoh politik yang dekat dengan rakyat kecil. Sehingga, saat dia ditampilkan sebagai sosok religius, politik identitas itu disematkan di namanya.
"Jadi kalau Ganjar ini yang muncul (religius) otomatis masyarakat akan bilang ini sudah pencitraan dan juga politik identitas," jelasnya dalam tayangan Catatan Demokrasi dikutip Rabu (13/8/2023).
Lanjutnya, ketika gaya yang ditampilkan dalam tayangan tersebut berbeda dari image Ganjar selama ini. Andai saja Ganjar tampil bersama wong cilik, Mustofa menilai hal itu tidak akan disebut sebagai politik identitas.
"Yang salah karena sebenarnya style dia warna atau identitas politik bukan itu," imbuhnya.
"Seandainya dia itu shootingnya bersama wong cilik wong miskin di pinggir-pinggir sungai masuk dia bukan politiktilitas karena identitasnya sama dengan yang dia bangun selama ini, tapi dia masuk ke ranah agama," ungkapnya.
Mustofa sebelumnya blak-blakan menyebut Ganjar sebagai sosok munafik dalam unggahan Twitter miliknya setelah tayangan adzan itu ramai dibicarakan.
"Hobinya apa? Yang dipertontonkan apa, inilah politik munafik bukan politik identitas," tulisnya dengan menampilkan tangkapan layar sosok Ganjar dalam tayangan adzan tersebut.