Menyoal Pencapresan Anies-Cak Imin dan PKS-NU, Anggota GP Ansor: Kawin Paksa, Demi Ambisi Kekuasaan

  • Bagikan
Anies-Cak Imin

FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Anggota Ansor-Banser Afif Fuad Saidi menyentil Nahdlatul Ulama (NU) dan PKS dipaksa “menikah” dalam mengusung pasangan Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar (Cak Imin) untuk pilpres 2024. 

“Hanya karena ambisi kuasa, NU dan PKS dipaksa menikah,” kata Afif Fuad Saidi dalam unggahannya di Twitter, Rabu, (13/9/2023). 

Dia mengungkit Dawuh Alm KHR. Fawaid As`ad Syamsul Arifin, putera kinasih Alm KHR. As`ad Syamsul Arifin, dalam satu kesempatan, menyampaikan bahwa “Billahi engkok ta` ride`, santrena Kiai As`ad nurok PKS”.

“Wallahi saya tidak rido, ada santrinya Kiai As`ad yang ikut PKS. Satu lagi, Dawuh Kiai Marzuki Mustamar, ‘Jika ada pengurus NU, Muslimat, Ansor dan Banom lainnya ikut PKS dan PAN, maka batal baiatnya’,” katanya.

Dikatakan, jika banyak yang bertanya kenapa bisa sampai keduanya bedawuh seperti itu? Jawabannya jelas, ini semata-mata ideologi.

Dia kemudian membandingkannya dengan PAN yang jelas lahir dari rahim Muhammadiyah yang berbeda dalam banyak hal furu`iyah dengan NU.

“Namun dengan PKS? Kita paham siapa PKS? Siapa yang bisa membantah perkataan salah satu pendirinya, Yusuf Supendi, salah satu pendiri Partai Keadilan--cikal bakal Partai Keadilan Sejahtera—beliau memastikan awal pendirian partai itu pada Juli 1998 dibantu oleh banyak tokoh Ikhwanul Muslimin di Mesir dan Timur Tengah,” jelasnya.

Ditegaskannya, PKS adalah ikhwanul Musliminnya Indonesia.

“Itu bukan saya yang bicara, namun salah satu pendirinya bahkan. Siapa Ikhwanul Muslimin? Cari saja, negara mana saja yang memasukkan IM sebagai kelompok teroris. Secara idelogi, PKS berkiblat pada Ikhwanul Muslimin, dengan tarbiahnya misalnya, kata Yai Fawaid, ideologi PKS itu Mbahnya Wahabi. Ingat, PKS pada tahun 2013 bersikukuh menolak asaz tunggal Pancasila di RUU Ormas, ya karena IM semangatnya adalah Islam berkuasa, tidak ada sekat-sekat nasionalisme, yang ada hanya ukhuwah Islamiyah, makanya PKS cocok dengan HTI,” jelasnya.

Dia menyebut, survey SMRC tahun 2017, 34,3 % simpatisan PKS setuju dengan perjuangan HTI, tahun 2018 PKS mendukung HTI ajukan banding putusan PTUN. 

“Lha itu semua apa tidak berbahaya? NU bukan atas dasar suka tidak suka pada PKS, namun pada semangat ideologi kebangsaan memang sudah berbeda dengan apa yang diperjuangkan dengan NU salama ini bagi Indonesia, bahkan sejak sebelum merdekanya bangsa ini,” tuturnya.

Menurutnya, yang NU jaga adalah NKRI Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, dan Islam di Indonesia

“Islam yang ramah, menjadi payung teguh bagi saudara-saudara kita yang lain iman. Lalu hendak bersatu karena hanya soal elektoral politik? Belum lagi soal bagaimana Nyinyiran kebencian PKS pada NU, itu sudah Ndak terhitung jumlahnya, sampai kadernya bikin hoax ke Kiai Said Aqil saat menjabat Ketua Umum PBNU ya ada. Jika pemilu-pemilu lalu PKS hanya SKSD dengan NU, malah sekarang ada yang menyeret NU untuk bersatu dengan PKS merebut kuasa,” ujarnya.

“Demi ambisi kekuasaan seseorang, sampai menggadaikan ideologi dengan bahu membahu dengan PKS yang jelas-jelas berlawanan arah dengan idelogi NU? Malah bermesraan dengan PKS,” tukasnya.

Dia menyebut bahwa bukan soal kekhawatiran kemenangan mereka, namun mustahil dua ideologi berbeda bisa mendapatkan hasil elektoral yang maksimal jika tidak boleh dibilang mustahil. 

Namun lanjutnya, akrabnya dengan PKS, ini membuka ruang bagi mereka untuk masuk pada basis-basis NU, pesantren-pesantren NU, menggerogoti idelogi warga NU, PKS dianggap tidak berbahaya, menyusup, lalu merebut, cukup sudah masjidnya saja yang mereka serobot. 

“Ga bahaya ta? Terakhir, saya hanya teringat ucapan Daniel Johan, yang saat itu, pada tahun 2018, beliau menjabat sebagai Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Dewan Pengurus Pusat (DPP) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Daniel Johan, beliau berkata begini, ‘Kultur dan ideologi NU sangat berbeda dengan PKS. Seperti minyak dan air, meski sama-sana benda cair tapi punya sifat yang berbeda’,” tandasnya. 

Sementara itu, Politisi PKB Bambang Elf mengungkit pilpres 2018 silam yang saat itu PKB, PPP dan PKS berkoalisi mengusung pasangan SBY - Boediono.

“Sampeyan umur piro pas PKB, PPP satu koalisi bareng PKS ngusung SBY - Boediono ? Nanya aja sih,” ujar Bambang.

Dia juga mengungkit tahun 1999 silam dimana parpol berbasis NU pernah bikin Poros Islam, salah satu diantaranya adalah Partai Keadilan.

“Sampeyan wis lahir blom?,” tambahnya.

Sementara itu, salah satu warganet, Barish menyebut kecurigaan Yai Afif berlebihan.

“Pak Kiyai Said Aqil saja tidak dendam sama PKS, malah sekarang Beliau mendukung pak Muhaimin Iskandar berpasangan sama pak Anies Baswedan,” ujarnya.

Hal senada juga disampaikan oleh, warganet lainnya, Dwi Putro. “Anda dimana pas Pilgub Jateng atau Pilwakot Semarang koalisi PKB dan PKS? Tidur ya. Baru Sekarang aja ketar ketir, cemen,” pungkas Dwi Putro. (selfi/fajar)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan