Pemilih PKB yang Memilih Anies Lebih Rendah dari Pemilih Demokrat, Kok Bisa?

  • Bagikan
Pasangan bakal calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN) saat konferensi pers di Kantor DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Cikini, Jakarta Pusat, Senin (11/9/2023). (ANTARA/Fath Putra Mulya)

FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) merilis hasil survei berdasarkan breakdown dukungan pemilih pasca deklarasi Capres-Cawapres Koalisi Perubahan, Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (AMIN).

"Dalam breakdown dukungan pemilih, pemilih Demokrat yang bertahan memilih Anies tinggal 22 persen," jelas Pendiri SMRC, Saiful Mujani dikutip dari siaran pers, Jumat (15/9/2023).

Artinya menurut Saiful, pergeseran dukungan pemilih Demokrat dari Anies berlangsung cepat.

Yang lebih parahnya lagi, pemilih PKB yang memilih Anies baru 20 persen.

"Artinya pemilih PKB belum otomatis bergerak mengikuti manuver elitnya. Dilihat dari sisi optimis, ini bisa karena mesin politik yang belum panas," katanya.

Sebelum berduet dengan Cak Imin, ketika Anies masih didukung oleh Nasdem, PKS, dan Demokrat suara Anies sekitar 20an persen, atau sama dengan perolehan suara tiga partai pendukungnya.

"Jika suara Anies-Muhaimin sekarang sekitar 16 persen, ini mencerminkan kekuatan dua partai," ungkapnya.

Prof Saiful Mujani menilai, data ini menunjukkan Anies tidak punya dukungan independen. Pendukungnya adalah pemilih partai pengusung. Anies tidak membawa efek ekor jas.

Diketahui, pasca deklarasi, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar justru menggembosi elektabilitas Anies.

Berdasarkan temuan dalam simulasi tiga pasangan, Anies-Muhaimin mendapatkan dukungan 16,5 persen; Prabowo-Erick 31,7 persen; dan Ganjar-Ridwan Kamil 35,4 persen.

Sementara itu, masih ada 16,4 persen yang belum jawab atau tidak tahu. (*)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan