FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Jurnalis senior Dhandy Laksono, menyentil pernyataan Presiden Jokowi yang menyebut, Indonesia perlu inovasi besar agar menjadi lumbung pangan dunia.
"Untuk 275 juta orang saja impor, apalagi 8 miliar manusia," timpal Dhandy dalam cuitan twitternya (16/9/2023).
Dhandy kemudian mempertanyakan perbedaan antara pemimpin visioner dan megalomania.
"Lalu apa bedanya seorang visioner dan megalomania?," ucapnya.
Dibeberkan Dhandy, pemimpin visioner tidak akan mau memulai dari ide kecil dan sederhana.
"Visioner tak malu memulai dari ide kecil dan sederhana, tapi doable," tandasnya.
Sementara itu, kata Dhandy, pemimpin megalomania akan memulai dari revolusi mental. Namun, hasilnya akan merugikan rakyat.
"Megalomania memulai dari Revolusi Mental, tapi hasilnya korupsi, nepotisme, dan dinasti politik," imbuhnya.
Sebelumnya, Jokowi mengatakan butuh inovasi-inovasi besar untuk menghadapi tantangan di masa depan. Salah satunya menghadapi potensi krisis pangan.
Menurutnya, permasalahan pangan dunia bisa menjadi peluang bagi Indonesia jika membuat terobosan.
Dikatakan Jokowi, sebuah ide belum bisa dikatakan sebagai inovasi jika tidak gila.
Bagi Jokowi, inovasi semestinya bukan hal yang biasa-biasa saja.
Dalam konteks pangan, Presiden dua periode itu mencontohkan soal upaya meningkatkan produksi beras dari 5,9 ton menjadi 6 ton per hektare. Jokowi menyatakan hal itu bukan sebuah inovasi.
(Muhsin/fajar)