FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengklaim bahwa masyarakat di Pulau Rempang, Kota Batam, Kepulauan Riau (Kepri) setuju dengan investasi yang masuk di wilayahnya.
Menurut Bahlil, hal tersebut ramai dan viral di media sosial imbas cara komunikasinya saja yang tidak pas. "Masyarakat Rempang, itu setuju dengan investasi bukan tidak setuju. Cuma cara komunikasinya aja yang enggak pas," kata Bahlil saat ditemui di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Nusa Dua, Bali, Rabu (20/9).
"Harus diakui cara komunikasinya yang nggak pas. Maka kemudian, saya datang langsung ke Rempang saya ketemu dengan tokoh-tokohnya, Pak Garisman dan Pak Suwardi," sambungnya.
Bahlil bercerita, Garisman merupakan tokoh yang dituakan di Pulau Rempang. Garisman, kata Bahlil, merupakan ketua masyarakat Melayu di Rempang.
"Saya datang salat magrib di rumahnya, saya makan pada malam hari. Kami ngobrol, diskusi mendalam soal ini, ternyata kesimpulannya adalah mereka ingin agar kalau investasi masuk pergeserannya itu tidak boleh keluar dari Rempang. Tadinya mereka itu akan ditaruh di Pulau Galang," ujar Bahlil.
Selain itu, Bahlil menuturkan, mereka juga ingin jikalau investasi masuk anak-anak di wilayah tersebut tidak hanya bekerja. Tetapi, menjadi pengusaha dengan cara berkolaborasi.
"Mereka ingin agar ganti ruginya itu harus jelas. Keempat, bagaimana dengan kampung mereka, bagaimana dengan makam-makam leluhur. Maka kemudian kita formulasikan," tuturnya.
Lebih lanjut, Bahlil mengatakan saat datang ke Rempang dirinya bukan sebagai menteri. "Saya berbaur bersama rakyat, tanya dari hati ke hati. Memang kadang-kadang kita ini pejabat taulah di mana pada saat kita duduk sama rakyat kita harus membuat diri sama seperti rakyat juga," sambungnya.
Diberitakan sebelumnya, Polda Kepulauan Riau (Kepri) dan Polresta Barelang (Batam, Rempang, Galang) mengamankan 43 orang yang diduga sebagai pelaku kekerasan terhadap petugas, serta perusakan saat aksi unjuk rasa di depan Kantor BP Batam, Senin (11/9).
"Ada 43 orang dari massa aksi unjuk rasa menolak relokasi di depan Kantor BP Batam yang diamankan. Sebanyak 28 orang diamankan Polresta Barelang, sedangkan 15 orang lainnya diamankan oleh Polda Kepri," ujar Kapolresta Barelang Kombes Pol. Nugroho Tri Nuryanto di Batam Kepulauan Riau, Selasa (12/9) pagi.
Puluhan orang diamankan itu seluruhnya laki-laki. Mereka langsung menjalani tes urine untuk memastikan tidak dalam pengaruh narkoba atau obat-obatan terlarang lain saat mengikuti unjuk rasa.
Dari 28 orang yang diamankan oleh personel, kata Kombes Pol. Nugroho, ada lima orang positif narkoba, yakni tiga orang positif mengonsumsi ganja dan dua orang lainnya terindikasi positif mengonsumsi sabu-sabu.
Sebelumnya, rencana relokasi 16 lokasi Kampung Tua di Pulau Rempang, Kota Batam itu masih terus mendapat penolakan dari masyarakat setempat. Penolakan itu ditunjukkan dengan gelar aksi unjuk rasa yang dihadiri ribuan orang pada hari Senin (11/9).
Aksi unjuk rasa yang mulanya damai itu, tiba-tiba ricuh dengan adanya massa yang menghancurkan pagar serta melemparkan batu ke arah Kantor BP Batam. Akibatnya, pagar dan kaca di kantor itu hancur karena amukan massa yang emosi. (jpg/fajar)