FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Konflik yang terjadi antara warga Pulau Rempang, Batam dengan pemerintah ikut menjadi sorotan dunia.
Ada beberapa kantor berita besar yang mulai membedah mengapa konflik di pulau itu akhirnya terjadi.
Majalah yang berbasis di New York, Amerika Serikat (AS), Time, mengabarkan bahwa warga Rempang saat ini sedang berupaya untuk menolak masuknya investasi pembuatan pabrik yang dilakukan pihak produsen pasir kuarsa asal China, Xinyi Group.
Mereka menyebut atas pembangunan itu, 7.500 warga terancam direlokasi.
Di Timur Tengah, media asal Qatar Al Jazeera juga membedah mengapa warga Rempang menolak investasi yang bernilai hingga ratusan triliun itu.
Al Jazeera mengatakan pabrik itu dibangun di pusat perekonomian yang dijuluki Rempang Eco-City.
Anggota Komisi VI DPR RI Luluk Nur Hamidah menilai ada kejanggalan terhadap pembangunan Rempang Eco City yang menjadi bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN).
Menurutnya, perubahan status menjadi PSN terkesan begitu mendadak sehingga menimbulkan kurangnya waktu dialog antara warga dengan pemerintah.
"Perubahan status menjadi PSN yang terkesan mendadak juga terasa ganjil. Apakah tidak mungkin lokasi proyek dipindahkan atau digeser sehingga tidak perlu sampai harus mengusir rakyat atau mengosongkan pulau demi investasi ini?" ujar Anggota Komisi VI DPR RI Luluk Nur Hamidah, dalam keterangan tertulis, Kamis (21/9/2023).
Bentrokan warga dengan aparat keamanan di Pulau Rempang berawal dari keputusan Pemerintah yang memasukkan Proyek Rempang Eco-City ke dalam PSN tahun 2023.