FAJAR.CO.ID, MAKASSAR -- Wakil Ketua Umum DPP Golkar AM Nurdin Halid menilai wacana pasangan Ganjar Pranowo-Prabowo Subianto adalah kemungkinan yang tidak bisa terjadi.
Hal itu disampaikan Nurdin Halid ditanya wartawan soal wacana dua poros di Pilpres 2024, yakni paket Ganjar Pranowo-Prabowo Subianto.
Saat ini Prabowo Subianto adalah bakal calon presiden Koalisi Indonesia Maju usungan Gerindra, Golkar, dan PAN.
"Kontestasi politik itu segala sesuatu itu bisa terjadi, tapi untuk menyatukan Pak Prabowo dengan Mas Ganjar, dengan Pak Prabowo jadi cawapresnya itu kemungkinan yang hampir tidak mungkin terjadi," kata Nurdin Halid kepada wartawan Senin (25/9/2023).
Sebaliknya, kata Nurdin Halid, peluang yang mungkin terjadi jika Ganjar Pranowo menjadi cawapres pasangan Prabowo Subianto.
"Namun hal itu juga agak sulit, karena Ibu Mega sebagai Ketua Umum PDIP telah menetapkan Mas Ganjar sebagai calon presiden," kata Nurdin Halid.
"Pertanyaannya apakah Ibu Mega mau mengubah keputusannya, menurut saya itu sesuatu yang sulit," sambung Nurdin Halid.
Nurdin Halid menilai, Pilpres 2024 sebaiknya diikuti lebih dari dua pasangan calon.
Menurut Nurdin, tiga paslon akan memberikan banyak pilihan kepada rakyat.
Hal itu dinilai sejalan dengan hasil survei yang menunjukkan rakyat ingin Pilpres 2024 diikuti tiga paslon.
"Aspirasi rakyat itu lewat survei menginginkan tiga pasangan calon. Harusnya elite partai merespon tiga poros itu sebagai kehendak rakyat," kata Nurdin.
"Jangan lagi melakukan hal-hal tidak dalam konteks memberi kedaulatan kepada rakyat. Janganlah kedaulatan pesta demokrasi ini berada di tangan partai dan di tangan elite, kita harus beri alternatif kepada rakyat," tegas Nurdin Halid.
Nurdin Halid menilai wacana dua poros Pilpres 2024 adalah langkah memberi kesempatan sempit kepada rakyat.
Perjuangkan Prabowo-Airlangga Hartarto
Nurdin Halid melanjutkan Golkar telah menetapkan mengusung Prabowo Subianto sebagai bakal calon presiden untuk Pilpres 2024.
Keputusan tersebut telah ditetapkan Partai Golkar dan butuh proses panjang jika mengubahnya kembali.
"Sikap Partai Golkar tegas telah deklarasikan Pak Prabowo sebagai calon presiden. Ketika mau mengubah ini maka itu tidak mudah, karena Golkar telah menetapkan Pak Prabowo melalui kajian mendalam dan konsultasi dewan senior dan dewan pertimbangan," kata Nurdin Halid.
Ditanya sikap Golkar jika wacana Ganjar Pranowo-Prabowo Subianto benar-benar terwujud, Nurdin Halid menilai Golkar akan membuka peluang mencari formasi lain.
"Tapi saya yakin pak prabowo tidak akan terima wacana jadi cawapres itu, karena ini kesempatan terakhir Pak Prabowo ditinjau dari umur. Di Pilpres 2029 agak sulit, apalagi sekarang KIM didukung banyak parpol," kata Nurdin Halid.
Nurdin Halid menilai 8 parpol dalam barisan Koalisi Indonesia Maju adalah kekuatan partai luar biasa sebagai parpol pemenangan Prabowo Subianto maju Capres.
"Tidak alasan subjektif ataupun objektif untuk menerima Pak Prabowo jadi cawapres. Yang subjektif dan objektif adalah Pak Prabowo capres, tidak ada pilihan lain," kata Nurdin Halid.
Nurdin Halid melanjutkan Golkar sejauh ini terus memperjuangkan dan melakukan lobi politik menjadikan Airlangga Hartarto jadi cawapres pasangan Prabowo.
"Kepentingan subjektif kita di Golkar adalah hasil rapimnas memperjuangkan Pak Airlangga jadi cawapres pasangan Pak Prabowo," kata Nurdin Halid.
"Keberlanjutan pembangunan Pak Jokowi paling ideal adalah Prabowo-Airlangga, Pak Prabowo menguasai pertahanan dan keamanan Indonesia, dan ekonomi ada pada sosok Pak Airlangga sebagai Menko Perekonomian yang telah menjaga ekonomi di tengah pandemi," kata Nurdin Halid. (Muhsin/fajar)