Gula Susul Gejolak Harga Beras, Indonesia Masih Bergantung Impor

  • Bagikan
Ilustrasi gula pasir

FAJAR.CO.ID, JAKARTA-- Pengamat Pertanian Khudori mengatakan bahwa harga beras melonjak karena tambahan stok tidak sebanyak biasanya. Sedangkan permintaan diprediksi bakal tetap stabil bahkan meningkat jelang akhir tahun nanti.

"Mengikuti siklus produksi padi, saat ini hingga akhir September nanti adalah musim panen gadu. Karena produksi lebih rendah dari panen rendeng atau panen raya, harga gabah atau beras akan lebih tinggi. Oktober nanti kita mulai musim paceklik. Biasanya Oktober adalah waktu awal tanam, yang akan dipanen akhir Januari atau awal Februari di musim panen raya,” ujarnya.

Penyebab utama potensi mundurnya waktu tanam dan panen karena situasi El Nino. Akibatnya kekeringan sudah mulai terjadi di beberapa daerah.

Musim kemarau kering bakal terjadi dari wilayah Sumatra bagian tengah hingga Selatan, lalu seluruh pulau Jawa, disusul Bali hingga Nusa Tenggara Timur dan Barat, juga sebagian Papua.

Plt Kepala Badan Pusat Statistik Amalia Adininggar Widyasanti menuturkan, impor beras Januari-Agustus 2023 sebesar 1,59 juta ton. Itu didominasi oleh semi milled atau wholly milled rice dengan share 88,52 persen.

"Menurut negara asalnya, impor beras terbesar sepanjang Januari-Agustus 2023 berasal dari Thailand. Volumenya mencapai 802 ribu ton atau mencakup 50,36 persen dari total impor beras,’’ jelas dia.

Amalia melanjutkan, setelah Thailand, impor beras posisi kedua berasal dari Vietnam dengan volume 674 ribu ton. Disusul Pakistan dengan volume 45 ribu ton, serta India 66 ribu ton, dan lainnya.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan