Melakukan apa yang dilakukan oleh Nabi adalah perbuatan sunag yang sangat dianjurkan. Karena itu, seyogyanya kita tidak memilah-milah mana sunah yang enak dan menguntungkan dan mana sunah yang dinilai memberatkan. Salah satunya adalah poligami, yang tidak diadasari oleh aspek-aspek fundamental, sehingga terkesan adanya sikap hanya memilih-milih yang menguntungkan diri.
Meneladani Nabi
Nabi Muhammad Saw dengan kesempurnaan sifat-sifatnya adalah suri teladan sepanjang zaman. Baik sifat pribadi maupun sikap kepemimpinannya senantiasa relevan untuk dijadikan pedoman oleh siapapun dan kapanpun. Di bawah ini adalah sifat-sifat terpilih yang layak menjadi cermin besar bagi proses perbaikan kita dalam menjalankan tugas kekhalifahan.
1. Akhlak. Nabi adalah sosok yang pada dirinya "berselimut" sifat terpuji dan terkumpul sifat utama, seperti: jujur rendah hati, santun, sabar, lemah lembut, dan tidak suka mencari-cari cacat orang lain, serta tidak mabuk pujian. Tak mungkin untuk memiliki semuanya sesempurna dia, sebagai umatnya setidaknya kita selalu berupaya menjadi lebih baik dari waktu ke waktu, itu sudah lumayan. Memperbaiki kesalahan, menambal kekurangan, giat menambah kebaikan, mudah meminta maaf dan memaafkan, serta seterusnya.
2. Pecinta semua. Kita hidup di alam, berdampingan dengan satwa dan sesama manusia. Untuk mencapai kualitas hidup yang baik, manusia, sebagaimana dicontohkan Nabi, hendaknya memperlakukan ketiganya sebagai sahabat. Terhadap sahabat tentu kita tak akan menyakiti. Membiarkan hutan tetap lestari dengan keanekaragaman hayati di dalamnya. Mengizinkan para satwa tetap dapat bercengkerama di alam yang menjadi habitatnya tanpa mengganggu mereka. Pun menjaga harmonisasi dalam pergaulan sosial dengan tidak memercikkan konflik.