FAJAR.CO.ID, MAKASSAR-- Malino akan kehilangan salah satu daya tarik wisatanya jika banyak pohon pinus mati. Kebakaran lahan harus dihentikan.
Hutan Pinus saat ini menjadi objek wisata paling populer di Malino. Kesejukan alami dan pemandangan hijau menjadi daya tarik tersendiri. Namun itu semua bisa rusak jika kebakaran lahan tak dihentikan.
Kemarin, Kamis, 28 September sekitar 3 hektare hutan pinus terbakar. Lokasinya di Kecamatan Tinggimoncong. Kebakaran lahan dan hutan berpotensi meluas jika tidak diantisipasi sejak dini.
Tak hanya di Malino, kasus kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di daerah lain di Sulsel bahkan mencapai 250 hektare.
Pakar Kehutanan Universitas Hasanuddin Prof Yusran Jusuf, mengatakan pada dasarnya pohon pinus merupakan tanaman yang mengandung minyak.
Sehingga, daya bakarnya cukup mudah. "Jadi dalam kondisi basah pun bisa terbakar,” ujarnya, Kamis, 28 September.
Dalam kondisi seperti yang terjadi di Malino, kemungkinan yang bisa terjadi ada dua. Jika dampak kebakarannya akut, maka harus ada penanaman kembali. Namun jika tidak dan bisa dipadamkan dengan cepat, maka tidak lama untuk pulih.
"Kalau terbakar ringan, dalam beberapa bulan bisa pulih. Apalagi kalau sudah ada hujan. Tapi kalau habis total dan parah, butuh waktu lama untuk pulih. Paling cepat tujuh tahun," jelasnya.
Guru besar Fakultas Kehutanan Unhas itu juga menilai, kejadian ini tidak lepas dari kelalaian. Sebab pada musim panas seperti saat ini, seharusnya semua pihak bisa lebih waspada terhadap ancaman kebakaran.