FAJAR.CO.ID, MAKASSAR — Pengaruh fenomena El Nino sangat dirasakan oleh masyarakat Sulawesi Selatan (Sulsel) tahun ini.
El Nino adalah fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normalnya yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah.
Sejumlah daerah di Sulsel mengalami kekeringan. Tak terkecuali para petani yang terdampak langsung karena hasil panennya yang kurang maksimal.
Hal ini pula memberikan dampak kepada harga komoditas pangan di pasaran.
Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Sulawesi Selatan Amson Padolo menuturkan, pihaknya berencana menggunakan teknologi modifikasi cuaca (TMC) untuk menurunkan hujan.
Operasi TMC tidak jauh dari keterkaitannya dengan sebuah teknologi dari interpretasi manusia dalam memodifikasi cuaca yang sifatnya alami. Hal ini digunakan untuk mengantisipasi cuaca buruk.
Hanya saja, dengan kondisi awan saat ini kata dia belum memungkinkan untuk dilakukan TMC.
“Ini memang kondisi awan belum memungkinkan untuk disemai. Belum ada gambaran kondisi awan untuk disemai menjadi satelit. Kita berharap bulan Oktober lah,” kata Amson ditemui, Senin, (2/9/2023).
TMC merupakan teknologi yang bisa mencegah hujan atau untuk membuat hujan buatan.
TMC memaksa awan menurunkan hujan menggunakan Natrium Klorida (NaCl) atau garam yang ditebarkan ke bibit awan menggunakan pesawat.
Berdasarkan data yang dihimpun, BNPB bekerjasama dengan BPBD Sulsel dan BMKG biasanya mentahbiskan anggaran Rp400 Juta sekali melakukan TMC untuk wilayah Sulsel.
Sementara itu, Kepala Bidang Data dan Informasi BBMKG Wilayah IV Makassar, Hanafi Hamzah membeberkan persyaratan TMC adalah adanya bibit awan untuk disemai. Hanya saja, saat ini mayoritas wilayah di Sulsel masih sangat sedikit awan.
"Itupun awan-awan menengah ke atas. Awan-awan rendah belum ada. Masih sulit untuk kita TMC karena bibit awan masih sangat jarang untuk kita semai," ujar Hanafi.
Hanafi mengutarakan, awan-awan rendah akan mulai tumbuh di Sulsel pada sekira akhir Oktober mendatang. Hanya saja, masih belum masuk musim penghujan. Diprediksi hujan baru akan terjadi pada dasarian dua November yakni sekira 11-20 November.
"Kita harapkan karena awannya sudah bibit rendah jenis Cumulus, maka kita harapkan sudah bisa disemai untuk TMC," tandasnya.
Awan Cumulus adalah jenis awan yang terbentuk dari uap air yang menguap secara vertikal lalu mengalami kondensasi di udara, dan bentuknya seperti gumpalan kapas atau bunga kol yang mengapung di udara. (selfi/fajar)