FAJAR.CO.ID, MAKASSAR-- Masalah dualisme kepemimpinan di Universitas Muslim Indonesia (UMI) membuat perpecahan di internal institusi.
Penonaktifan Basri Modding sebagai Rektor UMI berbuntut panjang. Rawan terjadi dualisme kepemimpinan di lingkup UMI.
Basri Modding yang mengklaim dirinya masih rektor yang sah mengeluarkan surat edaran meliburkan aktivitas akademik.
Sementara Sufirman Rahman yang baru saja dilantik sebagai Plt Rektor UMI membatalkan surat edaran Basri Modding.
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMI Syamsuri Rahim berharap UMI harus tetap berjalan, tidak boleh berhenti apapun kondisinya. Termasuk tidak adanya perpecahan di internal institusi.
"Kalau harapan, terlepas dari semua permasalahan yang ada, UMI harus tetap jalan. UMI harus tetap solid, silaturahmi juga tidak boleh putus, apalagi sampai berhenti,” lanjutnya.
Kemudian, dia mengatakan siapa pun yang menjadi pucuk pimpinan di UMI harus bisa membawa Kampus Hijau itu menuju ke arah yang lebih baik.
”Siapapun itu, harus membawa UMI lebih baik,” tegasnya.
Berdasarkan data narasumber FAJAR yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, banyak pelanggaran yang dilakukan Basri Modding sehingga dinonaktifkan dari jabatannya.
Banyak Pelanggaran
Pelanggaran pertama, saat memberikan gelar doktor honoris causa kepada salah seorang habib, Basri tak melibatkan pihak pascasarjana. Kedua, proyek-proyek pembangunan di lingkup UMI tak transparan. Basri Modding menunjuk anaknya sendiri sebagai kontraktor.
Ketiga, Basri dituding memotong dana RAT dan mengambil alih pengelolaan dana fakultas. Keempat, pembayaran honor dosen selalu terlambat.