FAJAR.CO.ID, MAKASSAR-- Pemerintah memutuskan kembali melakukan impor beras. Dan untuk pertama kalinya, Sulsel juga kebagian stok beras impor.
Dari 38 provinsi di Indonesia, hanya Nusa Tenggara Barat (NTB) yang belum dimasuki beras impor.
Sementara Sulsel yang menjadi lumbung pangan Nasional justru akan mendatangkan 70.000 ton beras impor. Rinciannya, tahap satu sebanyak 40.000 ton dari Thailand. Masuk ke Sulsel awal bulan depan.
Sisanya, Bulog akan mendatangkan 30.000 ton beras tahun depan. Namun belum jelas impornya dari negara mana.
Sulsel sebenarnya tak kekurangan beras, namun stok menipis akibat banyak dikirim ke Surabaya, Kalimantan, dan sejumlah daerah di KTI.
Ketua Komisi B DPRD Sulsel Firmina Tallulembang mengaku kaget mendengar kabar ada impor beras 70.000 ton yang akan masuk ke Sulsel. Sebab selama ini Sulsel dikenal sebagai lumbung padi di Indonesia.
Bahkan kata dia, meskipun saat ini masih berada dalam kondisi el nino, tetapi jumlah sebesar itu dianggap kurang pas masuk Sulsel. Jika memang harus, maka seharusnya tidak sebesar itu.
”Saya juga kaget mendengar kabar itu. Karena kan Sulsel ini lumbung pangan, padi sangat melimpah di sini. Jadi lumayan mengejutkan juga. Ya meskipun masih el nino, tapi apa memang harus sebesar itu,” ujarnya kepada FAJAR, Kamis, 19 Oktober.
Lebih lanjut legislator Gerindra itu mengatakan, pihaknya akan kembali memastikan kebenaran itu di Bulog. Apakah memang itu benar, atau ada tujuan tertentu dengan masuknya beras impor tersebut.
”Tapi besok saya coba pastikan dulu di Bulog ya. Agak sulit dipercaya juga kalau Sulsel impor beras. Kalaupun terjadi, pasti ada tujuan tertentu,” terangnya.
Firmina curiga, jika hal ini benar terjadi maka pemicunya adalah lemparan keluar. Stok beras terlalu banyak yang digunakan untuk suplai daerah lain, sehingga stok di Sulsel menjadi defisit.
"Makanya stok yang ada justru berkurang. Ini perlu dipikirkan solusinya," kata dia.
Ke depan, untuk mengantisipasi hal serupa, maka Komisi B bakal menginisiasi penerbitan peraturan daerah.
Garis besarnya memberikan batasan lemparan jumlah beras ke luar daerah.
”Kami akan coba dorong perdanya, supaya tidak terjadi lagi hal serupa di masa mendatang. Kita bisa coba batasi lemparan keluaran, supaya stok untuk konsumsi di Sulsel tidak kurang,” terangnya.
Kegagalan Pemerintah
Sementara anggota Komisi A DPRD Sulsel Syamsuddin Carlos, menilai jika ini benar terjadi, maka menjadi sebuah catatan kegagalan bagi Pemprov Sulsel dalam mengelola ketahanan pangan.
”Ini perlu dipertanyakan, kinerja pemerintah dalam menangani ketahanan pangan seperti apa. Kan Sulsel ini tempatnya padi, banyak beras, kok impor,” kata dia.
Ketua fraksi PAN itu juga menegaskan, seharusnya hal-hal seperti ini bisa diprediksi dan diantisipasi sejak jauh hari. Sehingga, jika terjadi kondisi tidak normal, ada solusi yang lebih baik untuk digunakan.
”Kan mengejutkan kita semua ini, meskipun masih perlu dipastikan lagi. Stok beras kita ke mana?,” bebernya.
Sebelumnya, Pimpinan Wilayah Perum Bulog Sulselbar Muhammad Imron Rosidi, menuturkan impor Sulsel baru tahap rencana. Jika jadi, rencananya ada 70.000 ton beras impor yang masuk.
"Tahap satu 40.000 ton dari Thailand yang masuk Sulsel awal November. Itu dikirim secara bertahap. Tahap dua 30.000 bisa tahun depan," kata Imron.
Imron mengungkapkan, impor beras tersebut untuk mengantisipasi ketersediaan pangan dan pengendalian inflasi. Saat ini, tuturnya, sejumlah daerah akan panen raya.
Akan tetapi, Bulog tidak bisa serap karena harganya di atas HPP untuk beras medium atau CBP.
"Beras Sulsel banyak keluar karena permintaan meningkat dan harganya lebih baik," ungkapnya.
Imron mengklaim stok masih cukup sampai akhir tahun. "Jika impor masuk, sampai tahun depan Insyaallah cukup," tambah Imron.(*/fajar)