Dia menambahkan Mahfud hanya pernah menjadi Ketua Dewan Kehormatan dan Guru Besar (DKGB) Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU).
Itu juga pada akhir-akhir ketika ada keinginan mendorongnya maju pada pilpres periode sebelumnya. "Itu (menjadi pengurus ISNU) lebih kepada ikhtiar saja menurut saya. Jadi rekam jejaknya tidak dekat kalau mau membidik suara nahdliyin. Secara emosional kurang menurut saya dibanding Cak Imin," ucap penulis buku God, Man, and Nature dan Kehendak Berkuasa dan Kritik Filsafat ini.
Ia mengatakan, yang bisa diharapkan Mahfud MD adalah suara dari warga Madura. Dia memiliki ikatan emosional dengan orang Madura karena berasal dari pulau garam tersebut. “Tapi, itu juga tidak ada jaminan," jelas intelektual yang juga warga Madura ini.
Karena itu pula dia menampik suara pasangan AMIN jeblok di Jawa Timur, seperti temuan sejumlah lembaga survei. Dia meragukan hasil sigi tersebut. "Survei itu kan ada dua ya. Survei yang diinginkan oleh pemesan. Dan survei yang angka sesungguhnya sengaja disimpan karena terkait strategi politik," paparnya.
Sementara di permukaan sendiri yang bisa disaksikan semua orang, imbuhnya, dukungan kepada pasangan dari Koalisi Perubahan ini sangat masif. Masyarakat antusias menyambut Anies dan Muhaimin ketika kunjungan atau menggelar kegiatan di Jawa Timur.
"Jadi tidak bisa disembunyikan lagi bahwa ada gelegak perubahan yang sebenarnya diinginkan masyarakat. Karena memang kalau ingin perubahan, ingin ada corak kepemimpinan baru, ya harus AMIN menurut saya," tandasnya. (jpnn/fajar)