Jutaan Anak di Gaza Alami Trauma Parah, PBB Sebut Sudah Seperti Neraka di Bumi

  • Bagikan
Masyarakat di Kota Rafah di Jalur Gaza bagian selatan pada Kamis (12/10/2023) membantu upaya penyelamatan para korban rentetan serangan udara Israel. ANTARA/Khaled Omar/Xinhua/tm

FAJAR.CO.ID, GAZA– Selama 17 hari terakhir perang Israel-Palestina, dentuman bom masih terus terjadi. Tak hanya membuat korban nyawa bertambah, situasi itu juga membuat anak-anak di Jalur Gaza mengalami trauma parah.

Menurut Fadel Abu Heen, psikiater di Gaza, anak-anak mulai mengalami gejala trauma serius seperti kejang-kejang, mengompol, ketakutan, perilaku agresif, gugup, dan tidak mau jauh dari orang tua.

’’Kurangnya tempat yang aman telah menciptakan rasa takut dan ngeri di antara masyarakat dan anak-anaklah yang paling terkena dampaknya,’’ ujar Abu, seperti dikutip The Guardian.

Setengah dari 2,3 juta jiwa penduduk Gaza adalah anak-anak. Dari jumlah itu, setidaknya 1.750 anak terbunuh dalam 16 hari pertama pengeboman oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF). Jika dirata-rata, hampir 110 anak setiap hari terenggut nyawanya. Ribuan lainnya terluka.

Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres pun menggambarkan kehidupan anak-anak di Gaza sebagai neraka di bumi. IDF meluncurkan lebih dari 300 bom ke Jalur Gaza sejak Minggu (22/10). Mereka mengklaim targetnya adalah terowongan bawah tanah milik Hamas.

Kementerian Kesehatan Gaza kemarin (23/10) melaporkan, sepanjang 24 jam terakhir, sekitar 436 orang tewas di Gaza akibat bom Israel. Sebanyak 182 orang di antaranya adalah anak-anak.

Mayoritas serangan terjadi di wilayah selatan yang berbatasan dengan Mesir, tempat orang-orang mengungsi. Jika dihitung sejak awal perang pada 7 Oktober lalu, total korban meninggal sudah mencapai 5.087 orang. Baik dari pihak Palestina maupun Israel. Dari jumlah itu, 2.055 korban di antaranya anak-anak. Selain itu, 15.273 orang lainnya luka-luka.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan