FAJAR.CO.ID,MAKASSAR — Pemadaman listrik bergilir di Makassar berefek negatif pada sektor ekonomi. Pengamat menyebut Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) jadi pelaku ekonomi yang paling terdampak.
Hal itu diungkapkan Pengamat Ekonomi Idrus Tabu. Secara umum, ia mengatakan pemadaman listrik oleh PLN memang merugikan banyak sektor.
“Tentu merugikan banyak sektor, terutama sektor perekonomian, terutama UMKM,” kata Idrus Tabu kepada fajar.co.id, Selasa (24/10/2023).
Guru Besar Universitas Hasanuddin itu menjelaskan, dibandingkan industri besar, UMKM tidak memiliki modal yang kuat. Sehingga sensitif ketika ada perubahan biaya produksi.
“Pemadaman ini sangat merugikan terutama UMKM. Dampaknya cukup luas karena dapat memengaruhi kepercayaan investor untuk berinvestasi,” jelasnya.
“UMKM modalnya ngos-ngosan dan sangat rentan serta sensitif pada setiap perubahan unsur biaya produksi, seperti listrik,” sambungnya.
Sedangkan usaha besar, modalnya cenderung kuat. Bisa melakukan berbagai cara untuk memangkas produkai.
“Usaha besar, punya cadangan atau dapat mengadakan alternatuf sumberdaya karena punya modal. Atau, melakukan phk, penurunan atau pemotongan gaji, pengurangan produksi, atau rescheduling,” terangnya.
“UMKM tidak bisa seperti itu. Kapan listrik terus-terus mati, maka usahanya akan ikut modar,” tambahbya.
Meski begitu, jika pemadaman terus berlangsung ia menyebut usaha besar bisa saja tedampak.
“Kalau pemadamannya sementara saja, usaha besar tidak kelihatan terdampak. Tapi jika panjang, maka semuanya terdampak pada akhirnya,” pungkasnya.
Ia menjelaskan, listrik kebutuhan sumberdaya dasar membangun industri ekonomi yang kuat. Di Sulawesi Selatan, Barat dan Tenggara sendiri, termasuk Makassar, pemadaman terjadi karena dampak kekeringan disertai El Nino.
Pembangkit Listrik Tenaga Air yang menyuplai 33 persen listrik di Sulselrabar suplai listriknya terganggu.
Ia menjelaskan, saat ini konsumsi listrik di Indonesia rata-rata 55,3 watt per kapita. Masih jauh di bawah Amerika Serikat 1.460 watt per kapita atau Jerman 753 watt per kapita.
“Itu pun masih ada sekitar 1 per tiga watt per kapita rakyat kita yang belum punya akses listrik,” tandasnya.(Arya/Fajar)