FAJAR.CO.ID,MAKASSAR — Pemadaman listrik di Sulawesi Selatan, Tenggara, dan Barat (Sulselrabar) terus terjadi. Hampir setiap hari sejak sebulan terakhir.
Dampaknya berefek domino. Terutama pada sektor perekonomian yang ada di Sulselrabar.
Pengamat Ekonomi Universitas Hasanuddin (Unhas), Prof Marzuki mengatakan pemadaman jelas akan merugikan masyarakat. Terkhusus pada pelaku usaha.
“Aktivitas bisnis mereka akan terganggu. Apalagi yang bergerak di bidang produksi besar, khususnya yang memerlukan listrik besar,” kata Guru Besar Fakultas Ekonomi Bisnis Unhas itu kepada fajar.co.id, Kamis (26/10/2023).
Pemadaman listrik, kata dia, akan sangat berdampak pada Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Terutama bagi yang memerlukan listrik dalam operasionalnya.
“Kerugian tersebut bukan hanya bernilai ekonomi, namun juga secara non material,” jelasnya
Di Sulselrabar sendiri, pemadaman dilakukan bergilir belakang ini karena adanya defisist pasokan listrik. Akibat kekeringan yang berdampak pada produksi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
Padahal menurut Marzuki, keadaan saat ini sudah begitu maju. Defisit energi menurutnya tidak perlu terjadi, jika memang perencanaan keliateikan sejak lama dipersiapkan baik ketersediaannya.
Menurutnya, banyak energi yang dapat diekplore sebagai sumber energi yang lebih massif dan murah dari beberapa sumber energi yang ada.
“Seperti tenaga Surya, bio, tenaga angin, tenaga air yang semuanya berlimpah di Indonesia,” ujarnya.
Di Sulselrabar, kebijakan tersebut dinilainya sangat lambat. Tidak dijadikan prioritas. Imbasnya saat ini masih terus bergantung pada energi fosil yang mahal dan terbatas.