"Karakter (calon pemimpin) yang berbeda-beda, tapi yang memiliki keteguhan jiwa, kerendahan hati, dan tidak menempatkan kekuasaan sebagai ambisi dan itu yang dapat menerima wahyu," jelasnya.
Dia pun menyebut bagaimana wahyu kekuasaan juga bisa berpindah-pindah dari sosok satu ke sosok yang lainnya, sesuai dengan amal perbuatan.
Sehingga, pada akhirnya, hanya yang bersifat, bersikap, dan bertindak kesatrialah yang menerima wahyu sejati.
"Wahyu berpindah dari sosok yang kemudian sejak kecil dimanja, sosok yang kemudian sangat sombong, kemudian berpindah-pindah, dan akhirnya berdiam pada sosok kesatria yang menempatkan dedikasi pada bangsa dan negara," ujar Hasto. (ant)