Analisis Nyanyian PDIP Soal Gibran, Pengamat Psikologi Politik: Terkadang Lain di Panggung Depan, Lain Pula di Panggung Belakang

  • Bagikan
Cawapres Koalisi Indonesia Maju (KIM) Gibran Rakabuming Raka.

FAJAR.CO.ID -- Status Gibran Rakabuming Raka di PDIP setelah resmi menjadi cawapres Prabowo Subianto pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024, masih jadi perbincangan hangat publik.

Pasalnya, kongres PDIP sudah memutuskan memberikan mandat kepada Ketua Umum (Ketum) Megawati Soekarnoputri. Dan, pilihan Megawati adalah menjadikan Ganjar-Mahfud sebagai Capres dan Cawapres.

Terkait hal itu, Pengamat Psikologi Politik UNM, Basti Tetteng ikut membahasnya. Dia menyampaikan, sangat menarik untuk dianalisis "nyanyian" PDIP soal Gibran pasangan Probowo. "Ini fakta yang serius atau semacam sinetron saja ya? Sebab, perilaku politik terkadang lain di panggung depan dan lain pula di panggung belakang," katanya kepada fajar.co.id, Selasa (31/10/2023).

Kalau ini fakta serius (ada konflik serius), kata Basti Tetteng, maka alamiahnya sebuah perilaku konflik serius tentu tidak hanya berupa nyanyian saaj, tetapi ada sebuah tindakan atau perilaku nyata yang ditunjukkan. Misalnya, menyelenggarakan pertemuan nasional untuk menentukan sikap dan tindakan serius termasuk kepada Gibran dan Jokowi.

"Tetapi, sampai sejauh ini belum terlihat, yang terlihat sekadar nyanyian. Walau pun nyanyian itu sendiri sudah sebuah sikap dan tindakan, ia nyanyi saja, tidak ngapa-ngapain selain itu," kritik Dosen Fakultas Psikologi UNM ini.

Karena itu, lanjutnyam menarik juga menganalisis bahwa ini semua hanyalah "sinentron" saja (panggung depan saja), dengan maksud (1) menciptakan rasa/ suara teraniaya sehingga mendapatkan simpati dan dukungan suara ke Ganjar Mahfud, dan juga agar pendukung dan simpatisan setia PDIP tetap solid dan menyatu memilih partai dan capres-cawapres yang didukung PDIP.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan