"Petani anggur di sini semangatnya sudah ada, untungnya ada dan yang perlu ditingkatkan produktivitasnya. Oleh karena itu, saya minta smart farming dengan pertanian presisis diterapkan di petani anggur Kota Palu ini. Ini kami minta tim langsung turun ke lapangan. Kami juga minta petani manfaatkan fasilitas KUR untuk mengembangkan tanaman anggur dengan skala yang lebih luas," sambung Amran.
Sementara itu, Ketua Kelompo Tani Duyu Bangkit, Saifudin mengapresiasi kunjungan kerja Mentan Amran yang langsung memberikan apa yang dibutuhkan petani anggur yakni dalam meningkatkan produksi, nilai tambah dan menekan biaya budidaya. Petani anggur di Kota Palu tersebar di 3 wilayah, salah satunya di Kelurahan Duyu yang notabenenya bukan dari pelaku pertanian, sehingga sangat membutuhkan bantuan inovasi pertanian yang dapat mengembangkan cara budidaya untuk meningkatkan produksi, menekan biaya dan mempercepat waktu BEP atau pengembalian modal.
"Luas lahan budidaya anggur kelompo kami saat ini 1.000 meter persegi dengan modal yang dikeluarkan Rp 350 juta dengan umur budidaya 15 tahun. Panen dilakukan 2 kali setahun, hasil panen pertama 700 kilogram dengan harga Rp 85 per kilogram sehingga ada Rp 60 juta per panen. Sehingga kembali modalnya sekitar di tahun ke dua sampai ke tiga," ucapnya.
Saifudin menambahkan saat ini petani masih menggunakan pupuk NPK mutiara sehingga masih mengeluarkan biaya yang cukup besar. Petani sangat mengharapkan bantuan teknologi pembuatan pupuk organik yang dapat dilakukan petani sendiri seperti halnya petani di Korea.