Pemkot Kaji Kerugian Efek Pemadaman Listrik, Dianggap Merusak Kepercayaan Investor

  • Bagikan
Ilustrasi pemadaman listrik (Foto: Nurhadi/Fajar)

FAJAR.CO.ID, MAKASSAR-- Pemadam listrik yang terus terjadi membuat Pemkot ikut gelisah. Kerugian yang terjadi dianggap tidak sedikit.

Kepala Bagian Ekonomi dan Pembangunan Setda Makassar, Nur Kamarul Zaman mengatakan, pemadaman listrik akibat dampak El Nino dianggap mulai merugikan perekonomian Makassar.

"Kita memang belum menghitung berapa (jumlah kerugian), tetap ini (pemadaman listrik) sangat berpengaruh terhadap ekonomi di Makassar," jelas Kamarul, kemarin.

Khususnya sektor UMKM, menjadi salah satu penyumbang tinggi ekonomi. Jika terganggu, maka berdampak secara signifikan ke pertumbuhan ekonomi Makassar.

Rekaputulasi terhadap kerugian ini, akan segera dilakukan. Pihak perusahaan juga diharapkan menghitung secara mandiri kerugian yang diderita akibat pemadaman tersebut.

"Ini perlu. Berapa sih kehilangan (kerugian) kalau mati listrik. Itu harus dihitung baik-baik. Mereka biasanya produksi sekian ton dan ternyata mati lampu, ini kan berkurang produksinya," ujarnya.

Sementara itu, kisruh pemadaman listrik ini telah diatensi Wali Kota Makassar, Moh Ramdhan Pomanto. Industri di Makassar sangat mengandalkan listrik. Sebagai contoh, cold storage ikan yang terhenti akibat tak adanya aliran arus listrik, dapat mengganggu kualitas produksi ikan di Makassar. "Mati (rusak) semua ikannya di situ," ungkap pria yang akrab disapa Danny itu.

Tak hanya itu. Menurut Danny, pemadam listrik juga berpotensi memicu kebakaran, sebagaimana yang terjadi di SMPN 8 Makassar, beberapa waktu lalu. "Terbukti kebakaran kemarin kan gara-gara mati (pemadaman) listrik," tutur suami Indira Jusuf ini.

Rusak Kepercayaan Investor

Pengamat Ekonomi Unhas, Idrus Tabu menilai, masalah pemadam listrik bergilir yang terjadi di Makassar ini berpotensi mempengaruhi kepercayaan investor. Kondisi ini jelas akan merugikan Makassar.

"Dampaknya cukup luas, karena dapat memengaruhi kepercayaan investor untuk berinvestasi," jelas Guru Besar Universitas Hasanuddin ini.

UMKM dianggap menjadi sektor yang paling terdampak terhadap masalah ini. Apalagim UMKM dianggap tak memiliki modal yang kuat dibanding dengan usaha-usaha besar.

"UMKM modalnya ngos-ngosan dan sangat rentan serta sensitif pada setiap perubahan unsur biaya produksi, seperti listrik," terangnya. (*)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan