"Karena sama dengan nomor partai kita (PDIP). Terus metal kan, jari-jari tangan menunjukkan tiga. Metal kan menang total," katanya.
Sehingga jika nomor urut tiga, maka PDIP akan lebih mudah untuk sosialisasi. "Kita mudah sebut tiga, tiga dan angkat jari tiga. Jadi muda-mudahanlah nomor tiga," harap Ansyari.
Sebelumnya kata dia, PDIP telah memperjuangkan agar nomor urut partai lama itu sama dengan Pemilu 2019. Dan itu berhasil, nomor partai tetap sama.
"Mengapa ? Karena dengan begitu parpol bisa lebih hemat. Sebab APK lama bisa digunakan lagi," katanya.
Pengamat politik Universitas Hasanuddin, Adi Suryadi Culla menilai, dalam konteks seperti ini memang akan ada parpol yang diuntungkan. Sebab itu akan membuat mereka lebih mudah dalam bersosialisasi kepada masyarakat.
Sebab, kesamaan nomor urut partai dengan nomor urut kandidat bisa memberikan keuntungan yang cukup. Mereka hanya perlu sekali jalan tetapi mendapatkan dua keuntungan sekaligus.
”Wajar saja sih kalau ada parpol yang ingin seperti itu. Karena mereka pasti kena efek ekor jas kandidat. Dalam konteks Pilpres ini kan jelas kandidat yang berpengaruh, sehingga parpol juga kena efeknya,” ujarnya.
Namun bagi parpol lain yang nomornya tidak mungkin terakomodir, harus bisa legowo karena tidak mendapat keuntungan lebih. Itu juga sudah menjadi konsekuensi tersendiri.
”Itu namanya konsekuensi. Mereka tidak boleh iri atau cemburu ketika ada parpol yang mendapatkan keuntungan dari nomor urut. Kan ada 18 partai, tidak mungkin dong semua dapat. Kan kandidat cuma tiga,” kata dia.