FAJAR.CO.ID-- Penggunaan antibiotik secara sembarangan dapat mengakibatkan jutaan nyawa tidak dapat diselamatkan setiap tahunnya, karena tidak ada antibiotik yang efektif untuk mengatasi infeksi.
Sebanyak 1,2 juta kematian terjadi karena resistensi antibiotik. Walaupun begitu, tak banyak orang yang mengetahui kebenarannya.
Dikutip dari akun TikTok @artpoteker pada Kamis (16/11), contohnya saat ada kasus meninggal, pasti yang dijadikan alasan adalah penyebab penyakitnya, seperti diare.
Padahal, bisa jadi pasien tersebut sebenarnya tidak terselamatkan karena tidak ada obat yang bisa menangkal penyakit tersebut lagi.
Kondisi ini sering disebut sebagai pandemi diam-diam, karena tingginya angka kematian yang disebabkan oleh hal itu.
Indonesia sebagai negara tropis dengan tingkat infeksi yang tinggi, berusaha mencegah peningkatan kasus kematian akibat resistensi antibiotik.
Dalam rangka menekan jumlah kematian akibat resistensi antibiotik, Indonesia telah memulai pembahasan aturan penggunaan antibiotik dalam pertemuan Side Event AMR di G20 pada Rabu (24/8/22).
Pembahasan ini bertujuan mengatur penggunaan antibiotik secara lebih rasional dengan harapan dapat mengurangi kematian yang disebabkan oleh penggunaan antibiotik yang salah.
Berdasarkan prediksi para ahli, jumlah kematian akibat resistensi antibiotik di tahun 2050 diprediksi akan mencapai 10 juta jiwa.
Dikutip dari Cleveland Clinic pada Kamis (16/11), resistensi antibiotik terjadi ketika antibiotik tidak lagi efektif membunuh bakteri dalam tubuh.