FAJAR.CO.ID, SURABAYA– Indonesia U-17 bisa menorehkan sejarah baru: lolos ke babak 16 besar Piala Dunia U-17. Namun, syaratnya terbilang berat.
Garuda Asia harus menang kala melawan Maroko U-17 di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, nanti malam.
Masalahnya, Maroko U-17 lebih superior. Mereka memiliki 10 pemain yang kini membela klub asal Eropa. Bandingkan dengan Indonesia U-17 yang cuma memiliki dua pemain abroad.
Singa Atlas Muda juga tak begitu tertekan. Sebab, mereka sudah mengoleksi 3 poin setelah menang 2-0 atas Panama U-17 pada 10 November lalu. Sementara itu, Indonesia U-17 ada di posisi ketiga dengan koleksi 2 poin.
Pelatih Indonesia U-17 Bima Sakti sadar tekanan ada di pihaknya.
’’Makanya kami tadi (kemarin, Red) meeting panjang dengan pemain. Kami membahas kekuatan Maroko. Kami tidak melihat Maroko lebih bagus dibanding Ekuador atau Panama. Semua sama,’’ katanya, kemarin.
Dalam pertemuan itu pula, tim pelatih melakukan koreksi kesalahan individu. Bima tak mau hal itu terjadi lagi pada laga krusial.
’’Saya minta pemain mengurangi kesalahan sendiri. Termasuk cepat melakukan pressing ketika kami kehilangan bola,’’ jelas pelatih 46 tahun itu.
Hal itu wajib dilakukan. Sebab, Maroko U-17 punya senjata berbahaya: kecepatan winger. Di sisi kiri, ada Mohammed Hamony.
Dia sudah mencatatkan satu assist. Winger Le Havre itu juga menjadi man of the match di laga kontra Panama U-17 (10/11). Lalu, di sisi kanan, ada Imran Nazih.
Bek Indonesia U-17 Sultan Zaky tahu bahwa lini depan Singa Atlas Muda sangat berbahaya.