FAJAR.CO.ID, MAKASSAR– Seruan boikot produk Israel dikhawatirkan menganggu perekonomian Nasional. Bisnis ritel berkontribusi besar terhadap PDB nasional.
Berdasarkan data Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), pada kuartal III 2023, bisnis ritel berkontribusi sebesar 3,5 persen pada produk domestik bruto (PDB).
Bahkan diprediksi naik ke posisi 3,7 persen pada pada kuartal IV 2023. Kenaikannya diprediksi 15 persen.
Pelaku industri ritel memang belum terlalu merasakan dampak yang mengganggu operasional ritel menyusul ramainya seruan boikot produk yang berkaitan dengan Israel. Namun jika aksi boikot itu terus berlangsung, dampaknya pasti akan terasa.
Dampak itu hanya dirasakan pemilik toko kelontong. Beberapa pekan terakhir makin banyak konsumen yang menolak membeli produk yang berhubungan dengan Israel.
"Tapi mereka cuma beralih ke produk lain. Tapi tetap kita rugi, stok barang menumpuk," tutur Putri, pemilik toko kelontong di Kelurahan Bulurokeng, Kota Makassar, Rabu, 15 November.
Sejak agresi militer Israel menggempur permukiman dan rumah sakit di Gaza, sebelumnya, warga Kecamatan Biringkanaya, Kota Makassar, Barlina makin selektif saat berbelanja. Ia tak lagi membeli produk yang mendukung perekonomian Israel.
"Ini produk Israel, saya tidak mau beli lagi," ujar Barlina sambil menunjuk salah satu sabun cuci piring.
Barlina mengaku sering memantau produk-produk pendukung Israel melalui smartphonenya. Ia juga mengajak tetangga dan keluarganya untuk tidak membeli produk yang diharamkan dibeli oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI).