Seruan Boikot Produk Israel Bikin Pengusaha Resah, Konsumsi Rumah Tangga Berkurang hingga Picu PHK

  • Bagikan
Boikot Israel / Ilustrasi

Sementara Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) berharap pemerintah tetap berfokus menjaga kondusivitas politik dalam negeri dan konsumsi domestik. Apalagi saat ini ada kecenderungan inflasi mengalami peningkatan.

Dampak Boikot

Ketua Umum Aprindo Roy Nicholas Mandey, menegaskan pengusaha sangat setuju dan mendukung gerakan perdamaian dan kepentingan kemanusiaan.

Karena itu, dalam waktu dekat sejumlah asosiasi yang bergerak di sektor ritel, mulai hulu hingga hilir, memberikan penjelasan terkait dengan kondisi geopolitik yang terjadi dan dampaknya terhadap peritel.

"Ekonomi tentunya harus kita jaga. Apalagi, situasi global sedang tidak baik-baik saja. Jangan sampai masalah yang tidak baik-baik di global itu akhirnya tertular ke kita,” ujarnya, kemarin.

Namun, dari sisi pemboikotan produk-produk yang terafiliasi Israel, pihaknya mengingatkan soal hak konsumen yang perlu diperhatikan. Selain itu juga mengingatkan soal dampaknya terhadap angka konsumsi rumah tangga dan perekonomian RI.

"Memilih, membeli, dan mengonsumsi itu adalah hak konsumen, hak masyarakat. Dan untuk itu perlu dilindungi hak itu, perlu dijaga marwahnya karena konsumen ketika berbelanja, ketika mereka konsumsi maka berkontribusi juga bagi ekonomi," imbuhnya.

Terlebih, kata Roy, konsumsi rumah tangga RI tercatat tinggi mencapai 51,8 persen. Seruan boikot produk pro Israel bisa jadi menyebabkan turunnya konsumsi rumah tangga hingga melambatnya pertumbuhan ekonomi di Tanah Air.

Pengaruh Pemilu

Terkait dengan tahun politik, Aprindo memprediksi pertumbuhan bisnis ritel mengalami peningkatan 10–15 persen. Hal itu berkaca pada gelaran pesta demokrasi pada 2019. ”Karena di setiap pemilu pasti akan ada peningkatan konsumsi,” katanya.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan