FAJAR.CO.ID, MAKASSAR -- Universitas Muslim Indonesia (UMI) kembali mencetak guru besar atau profesor baru. Kali ini ada tiga nama yang diberi gelar tersebut.
Mereka yakni Prof Dr Suriyanti (Fakultas Ekonomi dan Bisnis) mengangkat penelitiannya berjudul ‘Peranan Manajemen Operasiona Dalam Era Globalisasi dan Peningkatan Daya saiang’.
Kemudian Prof Dr Kasnaeny (Fakultas Ekonomi dan Bisnis), mengangkat penelitian mengenai ‘Pendekatan Falsafah Budaya Pappaseng Sebagai Strategi Meminimalkan Perilaku Compulsive Buying Pada Pengguna Kartu Kredit’.
Serta Prof Dr Ruslan (Fakultas Sastra) penelitiannya berjudul ‘Problematika Pengalihbahasaan Al-Quran ke Dalam Bahasa Indonesia (Refleksi Atas Pelbagai Persoalan Linguistik).
Ketiganya dikukuhkan di Auditorium Al Jibra Kampus UMI, Jalan Urip Sumoharjo, Makassar, Rabu (15/11/2023).
Ketua Dewan Profesor UMI, Prof Mansyur Ramli mengatakan jika Tahun ini sudah 9 profesor yang dikukuhkan. Sebagai guru besar harus terus berinovasi dan mengembangkan pengetahun.
“Setiap tampil di depan umum, harus menampilkan hal-hal baru,” ucapnya.
Prof Mansyur juga mengatakan jika mendapat gelar guru besar, harus tau menempatkan sikap. Gelar itu bukan untuk menjadikan manusia arogan, tetapi ini menunjukkkan karakteristik intelektual.
“Semakin tinggi gelar semakin bagus kepribadian dan semakin mengayomi. Kata orangtua kita,diatas langit masih ada langit,” ucapnya.
Prof Mansyur Ramli juga mengingatkan guru besar untuk membangun networking.’apalagi di UMI punya konsep management jemaah.
Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah IX Dr Andi Lukman mengatakan selama 2023, ia sudah mengukuhkan 30 guru besar 9 diantaranya berasal dari UMI.
“UMI mendominasi guru besar di LLDikti wilayah 9. 30 yang dikukuhkan sejak 2023, 9 diantaranya dari UMI. Semoga muncul guru-guru besar lainnya,” kata Andi Lukman.
Rektor UMI, Prof Sufirman Rahman mengatakan
UMI punya program salah satunya mendorong percepatan para dosen untuk mencapai gelar prof. Sebab salah satu indikator mutu univeristas yakni meningkatnya guru besar, sehingga akreditasi juga bisa meningkat.
Kendati demikian, Prof Sufirman mengatakan jika profesor menjadi pelopor etika dan membina para dosen, makanya emplementasinya dalam keseharian harus menjaga lisan dan sikap.
Menurutnya, seorang profesor ketika sudah dikukuhkan, maka di situlah mulai melakukan integritas untuk mengkaji dan menggali ilmu pengetahuan.
“Dengan mengkaji, maka dia akan senantiasa menemukan ilmu atau kebenaran itu sendiri,” tambah Prof Sufirman.(*)