Ia mencontohkan di Prancis. Di sana, pemboikotan turut degelintir masyarakat.
“Di Perancis, yang ‘konon’ negara yang paling Islamophobia, masyarakatnya turut dalam pemboikotan ini. Sebagai mana tautan gambar di salah satu supermarket, mereka lebih memilih membeli alpukat dari Spanyol daripada alpukat dari Israel. Walau pun selisih harganya mencapai €0.54 atau setara dengan Rp 9.000. Selisih harga ini adalah harga dari sebuah perjuangan. Harga dari kemanusiaan,” terangnya.
Menurutnya, ini momentum agar tidak lagi dijajah produsen tertentu yang ia anggap tidak pedulu konsumennya. Padahal menurutnya konsumen atau pembeli itu adalah raja. Raja memilih apa yang diinginkan. Bukan terpenjara dengan harga.
“Kita mungkin tak bisa melakukan hal besar yg dapat menghentikan langsung sistem ekonomi Zionis Israel dan negara-negara sekutunya. Tapi kita bisa bersatu bersama melakukan hal ‘kecil’ ini yang dampaknya juga sama,” ujarnya.
“Tetap semangat! Sebentar lagi kita akan menyaksikan Palestina merdeka,” pungkasnya.
(Arya/Fajar)