Prabowo-Gibran merupakan kelanjutan rekonsiliasi antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto dalam Pemilu 2019. Dengan adanya rekonsiliasi ini, Indonesia berhasil melalui tahapan krisis global dan ekonominya terbukti tangguh tidak masuk jurang resesi.
"Jadi mengapa kita mendukung Pak Prabowo sebagai calon presiden, ini adalah simbol rekonsilliasi. Saya tidak bisa membayangkan, kalau Pak Prabowo tidak masuk kabinet, dan tidak ada kebesaran hati Pak Jokowi. Tetapi alhamdulillah, berkat beliau berdua, Indonesia termasuk salah satu negara yang relatif aman," katanya.
Anis Matta berpandangan bahwa pasangan Prabowo-Gibran, selain menjadi simbol rekonsiliasi nasional, juga menjadi pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang mampu menghadapi kekacauan dunia akibat krisis global.
Sebab, dalam kurun waktu 2024-2027 itu, Indonesia harus berhati-hati agar tidak menjadi medan tempur (battle ground) perang supremasi kekuatan negara adidaya, dan menjadi korban seperti pada peristiwa G30S PKI, yang merupakan residu dari perang dingin antara blok barat dan blok timur.
"Kita tidak ingin lagi Indonesia menjadi tempat bertempur negara-negara yang kuat di dunia lagi. Dunia akan sangat kacau, dan biasanya korban terbesarnya adalah mereka yang tidak terlibat. Mengapa kita mendukung Pak Prabowo, karena kita mengharapkan Pak Prabowo bisa menghindarkan Indonesia dari kekacauan ini," katanya.
Dengan mendukung Prabowo Subianto di Pilpres 2024, Anis Matta mengaku optimistis Partai Gelora lolos ke Senayan dan bersama-sama menavigasi Indonesia supaya bisa keluar dari krisis yang melanda dunia saat ini, yang akan berada di puncak-puncaknya dalam kurun waktu tahun 2024-2027.